Show simple item record

dc.contributor.advisorNorcahyanti, Ika
dc.contributor.advisorHolidah, Diana
dc.contributor.authorJANNAH, Miftakhul
dc.date.accessioned2019-09-05T04:02:10Z
dc.date.available2019-09-05T04:02:10Z
dc.date.issued2019-09-05
dc.identifier.nimNIM132210101054
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92579
dc.description.abstractDiabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penyakit diabetes melitus menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia, dan menurut International Diabetes Federation (IDF), lebih dari 371 juta orang menderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,3%. Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit tahun 2012, kasus penyakit terbanyak untuk pasien rawat jalan di rumah sakit umum pemerintah tipe B dan tipe C di Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh penyakit diabetes melitus dengan jumlah kasus 102.399 kasus di rumah sakit umum pemerintah tipe B dan 35.028 kasus di rumah sakit umum pemerintah tipe C. Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus termasuk pada kasus diabetes melitus tipe 2 secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes, yang meliputi tujuan jangka pendek, tujuan jangka panjang, dan tujuan akhir pengelolaan. Keberhasilan terapi diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003, ratarata kepatuhan pasien untuk terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara maju mencapai 50%, sedangkan di negara berkembang lebih rendah. Rendahnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas terapi, lama penyakit dan cara pemberian pelayanan), faktor intrapersonal (usia, jenis kelamin, menghargai diri sendiri, disiplin diri, stres, depresi dan penggunaan alkohol), faktor interpersonal (kualitas hubungan pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan keluarga), serta faktor lingkungan (sistem lingkungan dan situasi berisiko tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner kepatuhan Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8). Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas yang dilakukan dengan pemberian kuesioner disertai tatap muka dan pendampingan tentang kuesioner tersebut kepada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang sejumlah 30 orang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yaitu menggunakan purposive sampling Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang didominasi oleh pasien berusia <60 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Ditinjau dari karakteristik pendidikan dan pekerjaan, didominasi oleh pendidikan terakhir SMA dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar pasien tidak memiliki keluarga yang bekerja di bidang kesehatan. Umumnya pasien yang melakukan pengobatan berstatus sebagai pasien JKN dan mengalami komplikasi seperti hipertensi, gangguan pada jantung, dan dislipidemia. Selain itu, pada penelitian ini juga didominasi oleh pasien yang menjalani pengobatan antidiabetik kombinasi dengan lama pengobatan <5 tahun. Tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang sebanyak 60% memiliki tingkat kepatuhan tinggi, 34% memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan sisanya 6% pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah. Berdasarkan hasil penelitian, faktor jenis pengobatan (p=0,030) dan lama pengobatan (p=0,009) secara signifikan berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan obat. Sementara faktor jenis kelamin (p=0,334), usia (p=1,000), pendidikan (p=0,779), pekerjaan (p=0,173), keluarga kesehatan (p=0,704), status pasien (0,359) dan komplikasi (1,000) secara signifikan tidak berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan obat. Pasien yang menjalani pengobatan monoterapi (satu jenis obat) akan lebih mudah untuk mengingat menggunakan obat karena hanya satu jenis obat, dibandingkan dengan pasien yang menjalani pengobatan kombinasi (dua jenis obat atau lebih) yang membutuhkan semangat yang tinggi dari pasien untuk menggunakan obat setiap hari. Semakin lama pasien menjalani pengobatannya, maka akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya karena efek samping yang muncul sudah terjadi, pasien sudah merasa bosan, atau pasien sudah beralih ke pengobatan alternatif sehingga jika tidak dievaluasi atau dimonitoring akan berdampak pada tingkat kepatuhan yang akan semakin turun.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries132210101054;
dc.subjectpasien diabetesen_US
dc.subjectKepatuhanen_US
dc.subjectpasien JKNen_US
dc.titleEvaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajangen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record