dc.description.abstract | Kanker adalah sekumpulan penyakit kompleks yang ditandai dengan
adanya pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh dan dapat menyebar dengan cepat.
Pengobatan yang paling umum diberikan pada pasien kanker adalah kemoterapi.
Kemoterapi adalah penggunaan obat yang berfungsi untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker. Penyakit kanker tidak hanya
menimbulkan dampak pada satu aspek saja namun dapat berpengaruh pada
beberapa aspek yaitu Activity Daily Living, fisik, otonomi, sosial, psikologis,
spiritual, dan ekonomi. Dampak fisik yang paling umum terjadi adalah fatigue
sedangkan dampak psikologisnya adalah depresi. Fatigue pada pasien kanker
(Cancer Related Fatigue) adalah rasa kurang energi yang tidak hilang meskipun
dalam keadaan diam dan istirahat atau tidur. Depresi adalah gangguan penurunan
mood yang berkepanjangan pada aspek suasana hati yang sering berfikiran
negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
depresi dan fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi di Rumah Sakit
Tingkat III Baladhika Husada Jember. Desain penelitian yang digunakan adalah
korelasional dengan pendekatan cross-sectional dengan menggunakan teknik
sampling yaitu consecutive sampling. Perhitungan sampel menggunakan aplikasi
Statistical Power Analyses with Gpower, sehingga sampel didapatkan sebanyak
93 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner untuk data
demografi, kuesioner Brief Fatigue Inventory (BFI) untuk data fatigue, dan
kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) II untuk data depresi.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata skor fatigue 27,85±18,24. Indikator
fatigue tertinggi yaitu kelelahan terberat yang dialami selama 24 jam terakhir
dengan rata-rata 5,15 dan indikator terendah adalah kelelahan yang mengganggu hubungan dengan orang lain dengan rata-rata 1,18. Sebanyak 70 orang (75,3 %)
memiliki skor depresi dibawah cut off point (≤ 15) dengan Indikator depresi
tertinggi yaitu capek atau kelelahan sebesar 1,22 dan indikator terendah yaitu
pikiran pikiran atau keinginan bunuh diri sebesar 0,02. Analisa hubungan
menggunakan spearman correlation menunjukkan adanya hubungan positif yang
kuat antara depresi dan fatigue (p < 0,001 dan r = 0,686). Efek samping yang
terkait dengan terapi kanker tetap menjadi perhatian utama, karena mereka dapat
membatasi efektivitas pengobatan dan berdampak negatif pada kualitas hidup baik
selama maupun setelah terapi. Hampir setiap pasien melalui beberapa jenis
kelelahan selama pengobatan kanker. Tingkat keparahan fatigue dapat
dipengaruhi oleh adanya depresi.
Mekanisme hubungan depresi dengan fatigue dijelaskan dengan adanya
peningkatan perubahan ritme kortisol diurnal. Dimana normalnya pada manusia
nilai kortisol paling tinggi ada pada pagi hari, namun mayoritas pada pasien
kanker nilai kortisol akan cenderung sama tinggi sepanjang hari sehingga dapat
memicu terjadinya depresi yang dapat meningkatkan nilai fatigue. Gangguan tidur
juga menyebabkan fatigue. Depresi akan sangat mungkin menyebabkan gangguan
tidur. Gangguan tidur yang sering dialami adalah “Sleep State Missperception”.
Mekanisme terjadinya fatigue yang menyebabkan depresi dapat digambarkan
dengan fatigue akan menyebabkan disregulasi dalam fungsi Hipotalamus
Pituitary Adrenal (HPA) axis, dimana hal ini akan memicu sekresi hormone
adrenokortikotropik (ACTH) oleh kelenjar pituitari dan mensekresi kortisol lebih
banyak sehingga menimbulkan keadaan stress. Stress yang terjadi berkepanjangan
akan dapat menyebabkan keadaan depresi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kuat dengan arah
hubungan positif antara depresi dengan fatigue pada pasien kanker dengan
kemoterapi di RS Tingkat III Baladhika Husada jember. Petugas kesehatan
khususnya perawat diharapkan dapat meminimalkan keadaan fatigue dan depresi
melalui pengkajian psikososial tentang efek samping kemoterapi pada pasien
secara lebih kompleks. Sehingga diharapkan apabila skor depresi berkurang maka
skor fatigue berkurang begitupun sebaliknya. | en_US |