Show simple item record

dc.contributor.advisorBASUKI, Hari Arbiantara
dc.contributor.advisorKOENTJORO, Robertoes Koekoeh
dc.contributor.authorGHAFAR, Jakfat Maulid
dc.date.accessioned2019-08-28T02:02:00Z
dc.date.available2019-08-28T02:02:00Z
dc.date.issued2019-08-28
dc.identifier.nimNIM141910101103
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92233
dc.description.abstractGula merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat di pisahkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kebutuhan memasak dan sebagainya. Stasiun penggilingan merupakan stasiun dimana proses pembuatan gula dari tebu diproses pertama kali, dimana tebu yang telah di cacah akan dilanjutkan untuk proses pemerahan dimana pemisahan air nira dengan ampasnya. Jika pada proses penggilingan ini mesin mengalami kegagalan dalam beroprasi maka akan mengakibatkan menurunnya nilai produktifitas gula yang dihasilkan. Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu sistem yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas produksi melalui perawatan perlengkapan dan peralatan kerja seperti mesin, equipment dan alat-alat kerja (Jiwantoro dkk, 2013). TPM bertujuan untuk meningkatkan effektivitas kerja dari suatu mesin produksi. Salah satu alat ukur keberhasilan metode TPM ini adalah Overall Equipment Efectiveness (OEE), OEE ini adalah salah satu alat ukur apakah peralatan dapat berfungsi dengan baik sehingga mempengaruhi proses lainnya. Dengan penerapan OEE ini dapat diketahui kerugian atau losses yang diakibatkan mesin mengalami gagal produksi dan penurunan tingkat produksi serta ukuran kerugian losses yang diakibatkan oleh cacat produksi. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan salah satu metode yang berfungsi untuk mengidentifikasi nilai kegagalan dalam sistem, desain, proses, atau pelayanan (service). Identifikasi kegagalan dengan melakukan pemberian nilai atau skor pada masing – masing moda kegagalan berdasarkan pada kejadian (occurrence), tingkat keparahan (severity), dan tingkat deteksi (detection) (Puspitasari dkk, 2014). ix Hasil penelitian yang bertempat di PG Gending bahwa Nilai efektivitas tertinggi adalah terletak pada tahun 2017, pada tahun tersebut nilai efektivitas setiap peralatan di atas 90%, sedangkan nilai terendah terletak pada tahun 2016, pada tahun 2016 nilai efektivitas di bawah nilai standart yaitu di bawah 62% nilai terendah pada komponen gilingan III yaitu 60,58%. Faktor penyebab nilai efektivitas rendah adalah reduce speed losses, faktor ini dikarenakan adanya penurunan kecepatan produksi yang disebabkan oleh mesin berhenti karena rusak, sehingga ketika mesin dapat beroprasi memerlukan waktu untuk kembali ke kecepatan awal produksi. Nilai reduce speed losses tertinggi adalah pada tahun 2016 sebesar 97,5% atau 5,002 jam. Komponen gilingan III dengan nilai tertinggi yaitu 0,3915 jam. Gilingan atau roll gilingan merupakan komponen yang memiliki nilai bobot tertinggi dengan kegagalan tebu ambrol, ampas lengket, dan penggerak mati. Resiko jika terjadi kegagalan adalah proses giling berhenti sementara pada stasiun penggilingan. Rekomendasi perbaikan berupa konsep berdasarkan pilar TPM 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke), sehingga dapat meningkatkan produktivitas.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries141910101103;
dc.subjectGulaen_US
dc.subjectkehidupan sehari-harien_US
dc.subjectkebutuhan memasaken_US
dc.subjectStasiun penggilinganen_US
dc.subjectproses pembuatan gulaen_US
dc.subjecttebuen_US
dc.titleIMPLEMENTASI METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DALAM MENENTUKAN EFEKTIFITAS STASIUN PENGGILINGAN TEBUen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record