Show simple item record

dc.contributor.advisorS.Si., Supriyadi, M.Si
dc.contributor.advisorPriyantari, Nurul S.Si., M.Si.
dc.contributor.authorDwi Anggara, ANDRIAN
dc.date.accessioned2019-08-15T04:12:06Z
dc.date.available2019-08-15T04:12:06Z
dc.date.issued2019-08-15
dc.identifier.nimNIM121810201062
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91805
dc.description.abstractJawa Timur memiliki banyak warisan peninggalan budaya, khususnya benda bersejarah dan purbakala yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten. Bukti arkeologis berupa artefak, salah satunya ditemukan di Kabupaten Jember menjadi bukti bahwa daerah ini pernah menjadi lintasan sejarah, ataupun pilihan tempat hunian bagi manusia pada masa lalu dalam pengembaraannya mencari kehidupan yang layak dari masa ke masa baik masa prasejarah sampai masa sejarah. Dari Kabupaten Jember ditemukan tiga titik daerah yang diperkirakan terdapat peninggalan purbakala. Peninggalan batuan Megalitikum sendiri terdiri dari 3 jenis batuan yaitu: 1) andesit atau batuan beku, berdasarkan tempat terbentuknya termasuk pada batuan beku lelehan (vulkanik rock), sedangkan klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya termasuk pada batuan beku intermediate; 2) breksi vulkanik atau batuan sedimen; 3) tufa atau batuan sedimen jenis batuan andesit. Salah satu wilayah di Kabupaten Jember yang banyak ditemukan batuan peninggalan zaman megalitikum adalah Kecamatan Arjasa. Berdasarkan data peninggalan sejarah yang telah diinventarisasi terdapat 5 situs di wilayah tersebut, yaitu : Situs Duplang, Kendal, Kebun Jurang, Krajan dan Klanceng. Untuk mengetahui keberadaan batuan-batuan di wilayah Situs Klanceng yang sebagian tersingkap dan juga masih ada yang terkubur di dalam tanah, diperlukan suatu metode dan alat ukur yang dapat mengukur parameter-parameter fisika yang berasosiasi dengan keberadaan batuan tersebut. Salah satunya adalah metode geolistrik, yang merupakan salah satu metode dalam survei geofisika yang memanfaatkan perbedaan sifat kelistrikan berupa resistivitas dalam batuan. Metode geolistrik resistivitas konfigurasi Schlumberger bertujuan untuk mengidentifikasi diskontinuitas lateral (anomali konduktif lokal). Arus diinjeksikan melalui elektroda AB, dan pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda MN, dimana jarak elektroda arus (AB) jauh lebih besar dari jarak elektroda tegangan (MN). Analisis bawah permukaan situs Klanceng (Zaman megalitikum) menggunakan metode geolistrik resistivitas 1D konfigurasi Schlumberger dilakukan di lokasi yang berbeda-beda dengan mengambil lintasan sepanjang 50 m dengan spasi awal 1 m sebanyak 5 lintasan yang tersebar di daerah-daerah itu. Dari ke lima lintasan yang diambil, diperoleh nilai resistivitas sekitar (85,3–1539) Ωm yang diduga sebagai batuan andesit. Batuan andesit yang terkubur diduga merupakan bagian dari batuan andesit yang tersingkap diduga peninggalan zaman megalitikum yang berupa kubur batu dan batu kenong. Pada daerah yang diteliti banyak ditemukanya singkapan berupa kubur batu dan batu kenong. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari software IPI2Win batuan andesit berada pada kedalam ix (0-17) m dan tersebar di berbagai tempat. Untuk geologi daerah penelitian terdiri dari pasir dan lempung dengan nilai resistivitas (1,36-76,9) Ωmen_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries121810201062;
dc.subjectwarisan peninggalan budayaen_US
dc.subjectSitus Klanceng (Zaman Megalitikum)en_US
dc.subjectMetode Geolistriken_US
dc.titleAnalisis Bawah Permukaan Situs Klanceng (Zaman Megalitikum) Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 1D Konfigurasi Schlumbergeren_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record