Show simple item record

dc.contributor.authorFaris Gunaldi Perdana
dc.date.accessioned2013-12-16T05:01:43Z
dc.date.available2013-12-16T05:01:43Z
dc.date.issued2013-12-16
dc.identifier.nimNIM070110201094
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9124
dc.description.abstractAnalisis terhadap novel King karya Iwok Abqary menggunakan analisis struktural dan analisis pragmatik yang ditekankan pada aspek sosial berupa struktur sosial, proses sosial, perubahan sosial, dan masalah sosial. Setelah dilakukan analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Analisis struktural dalam novel King karya Iwok Abqary yang dikaji adalah judul, tema, latar, penokohan dan perwatakan, serta konflik. Judul novel King menunjuk pada tokoh cerita yaitu Guntur. King merupakan panggilan dari Liem Swie King yang merupakan idola bapaknya (Pak Tejo). Setiap kali Guntur bertanding ia selalu memanggilnya dengan panggilan King dan ia ingin Guntur kelak dapat menjadi seorang pemain bulutangkis hebat dan dikenal di seluruh dunia seperti Liem Swie King. Tema mayor dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kisah perjuangan seorang anak untuk mewujudkan cita-citanya. Guntur membuktikan bahwa dengan usaha, doa, dan kerja kerasnya, ia berhasil menjadi seorang juara dunia bulutangkis di bawah umur 16 tahun. Tema minor dalam novel King karya Iwok Abqary adalah tanggung jawab dan pengorbanan orang tua untuk anaknya, dan kesetiaan dan pengorbanan seorang sahabat. Tokoh utama adalah Guntur yang berwatak bulat yaitu keras kepala, suka menangis, namun juga seorang anak yang tegar, rajin, serta cinta kepada kedua orang tuanya. Tokoh Guntur juga banyak membutuhkan waktu penceritaan dibandingkan dengan tokoh lainnya. Tokoh bawahan yang mempunyai watak bulat adalah Pak Tejo, dan yang mempunyai watak datar adalah Raden, Michelle, serta Bang Bujang. Latar dalam novel King karya Iwok Abqary meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Sinar yaitu di Desa Jampit, Kecamatan Sempol, Kabupaten Banyuwangi, di SD Negeri Jampit, di padang savana, di atas bukit serta di Kudus. Latar waktu meliputi pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Latar sosial yaitu kehidupan sosial masyarakat Desa Jampit Kecamatan Banyuwangi yang masih mempertahankan kesenian tradisional yaitu tari kuda terbang. Konflik dalam novel King karya Iwok Abqary yaitu konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik antara manusia dan manusia terjadi antara Guntur dan bapaknya. Sikap Pak Tejo yang keras dalam mendidik anaknya tersebut membuat Guntur sering memberontak dan melawan bapaknya. Konflik ini juga terjadi antara Guntur dengan Raden, dan Michelle. Konflik antara manusia dan masyarakat terjadi antara Guntur dan warga desa. Konflik antara manusia dan alam terjadi ketika Guntur mengikuti seleksi di Kudus selama tiga, setiap hari ia tidur di bak mobil Bang Bujang dan setiap malam badannya menggigil kedinginan akibat angin malam. Konflik batin antara manusia dengan kata hatinya terjadi pada Guntur dengan kata hatinya. Unsur-unsur struktural yang berupa judul, tema, tokoh dan perwatakan, latar, serta konflik tersebut berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Tokoh utama tetap berjuang mewujudkan cita-citanya meskipun banyak cobaan dan persaingan yang ia hadapi. Penciptaan latar yang menarik membuat cerita yang dikisahkan semakin menegangkan, mengharukan, memberikan perbedaan karakter setiap tokoh untuk menimbulkan permasalahan-permasalahan kecil. Analisis pragmatik yang ditekankan pada aspek sosial dalam novel King karya Iwok Abqary yang dikaji adalah struktur sosial, proses sosial, perubahan sosial, dan masalah sosial. Struktur sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah norma sosial dan lapisan sosial. Norma sosial yang terjadi adalah norma tata kelakuan atau kebiasaan, norma hukum, dan norma agama. Sikap Pak Tejo yang keras dalam mendidik Guntur dan situasi ekonomi yang sulit menjadikan norma-norma yang ada di dalam suatu masyarakat tersebut dilanggar oleh Guntur. Lapisan sosial meliputi lapisan kelas atas, lapisan kelas menengah, dan lapisan kelas bawah. Yang tergolong lapisan kelas atas adalah keluarga Michelle, dan keluarga Arya, lapisan kelas menengah adalah Kang Raino dan Bang Bujang, sedangkan lapisan kelas bawah adalah keluarga Guntur. Proses sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kerjasama, pertentangan, persaingan, dan akomodasi. Kerjasama dilakukan oleh Raden dan Michelle. Sebagai seorang sahabat, Raden dan Michelle selalu membantu Guntur ketika sedang membutuhkan pertolongan. Pertentangan terjadi antara Guntur dengan bapaknya, Guntur dengan Kang Raino, serta Guntur dengan Michelle dan Raden. Persaingan terjadi ketika Guntur bertanding bulutangkis dengan Kang Raino dan Arya. Ia juga harus bertanding dan bersaing untuk menjadi pemenang dengan para calon penerima beasiswa di Kudus. Akomodasi dilakukan oleh Kang Raino kepada Guntur dengan menjelaskan permasalahan yang sebenarnya terjadi antara Guntur dengan dengan bapaknya supaya tidak lagi terjadi kesalahpahaman antara mereka berdua. Perubahan sosial dalam novel King karya Iwok Abqary terjadi pada tokoh Guntur. Dari anak desa yang belum banyak dikenal hingga akhirnya Guntur dapat menjadi juara dunia bulutangkis di bawah umur 16 tahun dan dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Masalah sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kemiskinan dan kejahatan. Dalam novel King menggambarkan kemiskinan dialami oleh keluarga Guntur. Kemiskinan juga yang mengakibatkan Guntur dengan bapaknya sering bertengkar. Kejahatan dilakukan oleh Guntur, Raden dan Arya. Sebagai seorang sahabat, Raden menemani Guntur untuk mencuri balon milik Wo Jarkoni tetapi perbuatan mereka diketahui oleh Pak Tejo dan mereka berdua dihukum, sedangkan Arya berusaha berbuat curang dengan mengurangi angin ban sepeda Guntur supaya tidak dapat berlatih di klub lagi. Ia kesal karena meresa tersaingi oleh Guntur. Manfaat yang dapat diperoleh setelah menganalisis aspek sosial novel King karya Iwok Abqary yaitu: (1) dalam mewujudkan cita-cita atau keinginan pasti membutuhkan usaha, doa, dan kerja keras; (2) dalam menjalani sebuah kehidupan kita pasti pernah merasakan suatu kegagalan. Jangan sampai keadaan kita yang kurang membuat kita putus asa dalam mewujudkan setiap keinginan. Kita jadikan setiap kegagalan dan kekurangan tersebut sebagai keberhasilan yang tertunda dan pengalaman untuk kita kedepannya nanti; (3) manusia adalah mahkluk sosial karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan. Kita jadikan orang lain tersebut sebagai penyemangat atau motivasi dalam hidup kita.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070110201094;
dc.subjectSOSIAL, NOVELen_US
dc.titleANALISIS ASPEK SOSIAL NOVEL KING KARYA IWOK ABQARYen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record