Hubungan Antara Tingkat Nyerl dengan Fatigue pada Pasien Kemoterapi di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Baladhika Husada Jember
Abstract
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal. Pertumbuhan yang tidak terkontrol ini, dapat mengakibatkan kematian. Penyakit kanker membutuhkan diagnosa segera dan pengobatan yang berkelanjutan. Pengobatan kanker dapat meningkatkan kualitas hidup dari pasien kanker, walaupun tidak bisa disembuhkan secara tuntas. Salah satu tindakan pengobatan kanker yaitu kemoterapi. Penggunaan kemoterapi tidak lepas dari adanya efek samping yang bisa mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Dampak fisik yang sering muncul pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi adalah nyeri dan fatigue. Variabel independet dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri dan variabel dependen yaitu fatigue.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat nyeri dengan fatigue dan menganalisa hubungan karakteristik responden dengan fatigue pasien kanker di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Penelitian ini menggunakan penelitian korelasional dengan melalui pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan cara consecutive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 93 responden. Penentuan jumlah sampel dihitung dengan power analysis menggunakan aplikasi G*Power 3.1.9.2 dengan a= 0,05, power (I-13)= 0,8, dan effect size= 0,3 (medium) sehingga dalam penelitian ini sampel yang dibutuhkan sebanyak 84 responden, untuk mengantisipasi adanya drop out responden maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga jumlah sampel menjadi 93 responden.
Analisa karakteristik responden menunjukkan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (81,7 %), agama pasien terbanyak adalah Islam (96,8 %), status pernikahan pasien paling banyak adalah kawin (84,9 %), pendidikan pasien terbanyak adalah SD/ Sederajat (4.3 %), riwayat pekerjaan pasien terbanyak adalah Petani (34,4 %), sebagian besar pasien memiliki pendapatan Rp. 1.900.000,00 (76,3 %), sumber pendanaan pasien terbanyak adalah menggunakan BPJS non PBI (76,3 %), sebagian besar pasien memiliki riwayat pengobatan kemoterapi (5:4,8 %), durasi pengobatan sebagian besar kurang dari dua tahun (81,7 %), jenis kanker yang paling banyak yaitu kanker payudara (71%).
Berdasarkan penghitungan dengan non-paired t-test, one-way anova, mann-withtrey, dan kruskal-wallis didapatkan bahwa karakteristik responden tidak mempunyai pengaruh pada fatigue seseorang (p value > 0,05). Uji korelasi dengan pearson correlation didapatkan hasil ho gagal ditolak (p > 0,05) untuk item umur yang berarti tidak ada hubungan antara umur pasien dengan fatigue. Uji korelasi frekuensi kemoterapi menggunakan spearman correlation dan indeks massa tubuh menggunakan pearson correlation dengan fatigue terdapat hubungan yang bermakna dengan ho ditolak (p< 0,05). Frekuensi kemoterapi memiliki korelasi positif (r= 0,232) dan indeks massa tubuh memiliki korelasi negatif (-0,214). Nilai korelasi tertinggi yang didapatkan melalui uji spearman corellation adalah antara item pengaruh kelelahan yang mengganggu aktivitas umum BFI dengan NRS memiliki nilai korelasi (r) 0,455 dan hubungan paling rendah antara kelelahan yang mengganggu pekerjaan normal BFI dengan NRS yang memiliki nilai korelasi (r) 0,268. Secara keseluruhan. BFI berkorelasi dengan. NRS dengan nilai p 0,000 (p > 0,05) dan nilai korelasi (r) 0,446, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bersifat sedang antara tingkat nyeri dengan fatigue.
Hubungan tersebut bernilai positif dimana semakin tinggi NRS maka semakin tinggi nilai BFI. Nyeri dan fatigue menjadi gejala yang bersamaan dalam penyakit kanker yang paling dirasakan oleh beberapa pasien kanker di Indonesia. Nyeri dapat memiliki hubungan yang kompleks dengan fatigue yang berhubungan dengan kanker. Pasien kanker dengan kemoterapi akan mengalami masalah fisik utama yaitu nyeri dan fatigue yang mana gejala-gejala ini jarang terlihat dan pasien jarang mengungkapkan. Nyeri itu sendiri bisa melelahkan, dan juga dapat menyebabkan fatigue dengan mengganggu tidur dan penurunan kemampuan untuk kegiatan fisik. Sebagian besar penelitian tentang nyeri kanker berfokus pada gejala individu dan dampaknya pada fungsi dan kualitas hidup. Gejala individu dan kelompok gejala yang dinamis dan dapat berubah di lintasan pengobatan. Secara khusus, nyeri, kelelahan, gangguan tidur, dan gejala depresi bisa lebih parah selama pengobatan aktif, seperti kemoterapi.
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah dengan meningkatkan informasi mengenai penyakit kanker serta pola hidup yang sehat. Keluarga diharapkan memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk menjalankan pengobatan kemoterapi. Praktik keperawatan perlu memberikan asuhan keperawatan yang tepat terkait nyeri dan fatigue sehingga kesejahteraan pasien terjamin. Saran untuk penelitian selanjutnya yakni perlu mengetahui faktor-faktor lain yang dapat berhubungan dengan fatigue pasien kanker seperti frekuensi kemoterapi, budaya, serta mengevaluasi perbedaan fatigue sebelum dan setelah kemoterapi sehingga dapat dilakukan analisis multivariat.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1528]