Show simple item record

dc.contributor.advisorRifai, Ahmad
dc.contributor.advisorAfandi, Alfid Tri
dc.contributor.authorHadiastuti, Lelyani Bella
dc.date.accessioned2019-06-07T15:41:42Z
dc.date.available2019-06-07T15:41:42Z
dc.date.issued2019-06-07
dc.identifier.nim152310101328
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91073
dc.description.abstractPendidikan Interprofesi (IPE) terjadi ketika dua atau lebih profesional belajar tentang, dari dan dengan satu sama lain (WHO, 2010). Pendidikan Interprofesi terjadi saat dua atau lebih dari satu disiplin ilmu belajar tentang, dari, dan dengan profesional kesehatan lain, saling bertukar pikiran yang berpusat pada perawatan pasien berbasis tim melalui kegiatan pembelajaran bersama yang positif dengan saling menghormati dalam berkomunikasi (Darlow et al, 2015). Pendidikan interprofesi merupakan proses yang dilakukan oleh mahasiswa kesehatan atau tenaga kesehatan dengan latar belakang disiplin ilmu berbeda yang belajar bersama dalam jangka waktu tertentu pada masa pendidikan. Tujuan pendidikan interprofesi diantaranya adalah untuk berinteraksi, kolaborasi dalam menyediakan pelayanan preventif; prornotif, rehabilitatif, dan pelayanan kesehatan lainnya. Variabel dalam penelitian ini adalah kesiapan pendidikan interprofesi. Peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kesiapan pendidikan interprofesi mahasiswa keperawatan tahap profesi. Peneliitian menggunakan penelitian deskriptif eksploratif pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel Convenience Sampling. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 99 mahasiswa keperawatan tahap profesi Universitas Jember. Instrumen yang digunakan adalah Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS) versi Indonesia yang dikembangkan oleh Tyastuti et al (2014) dengan nilai uji validitas dan reliabilitas 0,69. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden penelitian didominasi oleh mahasiswa perempuan yaitu sebesar 80,2% dan didominasi rentang usia 17-25 tahun yaitu sebesar 93,3%. Hampir seluruh responden merupakan mahasiswa sarjana replier yaitu sebanyak 94,9%, 64,7% responden berasal dari mahasiswa profesi keperawatan angkatan 22, dan 31,3% mahasiswa profesi keperawatan pernah melakukan pendidikan interprofesi. Lebih dari setengah responden (56,6%) mempunyai kesiapan pendidikan interprofesi lebih tinggi dari median. Kesiapan pendidikan flap indikator menunjukkan kesiapan pendidikan interprofesi lebih tinggi dari median yaitu pada indikator Kerjasama dan Kolaborasi sebesar 53,5%, Identitas Profesional Negatif sebesar 64,6%, dan Identitas Profesional Positif sebesar 91,9%. Response rate pada penelitian ini, yaitu 75,57%. Saran yang dapat peneliti berikan yang berhubungan dengan hasil penelitian yaitu agar AIPNL, Kemenristekdikti, dan institusi pendidikan kesehatan dapat menerapkan pendidikan interprofesi pada kurikulum pendidikan ataupun dalam jadwal rutin institusi kesehatan sehingga mahasiswa kesehatan ataupun tenaga, kesehatan terbiasa dengan pendidikan interprofesi. Bagi tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan kesiapan dalam, pendidikan interprofesi, sehingga tenaga kesehatan mampu berkolaborasi secara efektif dan efisien dan lebih termotivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk pasien.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPendidikan Interprofesien_US
dc.subjectMahasiswa Keperawatanen_US
dc.subjectProfesien_US
dc.subjectPendidikan Interprofesi (IPE)en_US
dc.titleKesiapan Pendidikan Interprofesi pada Mahasiswa Keperawatan Tahap Profesien_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record