Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak di Kabupaten Jember
Abstract
Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata bersifat opasitas (tidak tembus cahaya) dan merupakan penyebab dominan masalah sosio-medis yaitu kebutaan di seluruh dunia. Satu-satunya pengobatan katarak adalah pembedahan atau operasi. Pembedahan di lakukan dengan membuat sayatan pada suatu bagian tubuh kemudian akan dilakukan pemulihan serta diakhiri dengan jahitan luka. Tindakan pembedahan merupakan sebuah pengalaman yang dapat menyebabkan rasa kecemasan. Adanya kecemasan pada setiap pasien merupakan hal yang wajar, namun kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan respon patofisiologis seperti hipertensi, takikardia, penurunan kemampuan untuk mentoleransi rasa sakit baik intra dan pasta operasi. Meningkatnya tekanan darah pada klien akan mengakibatkan tekanan intraokuler (TIO) juga meningkat. TIO yang meningkat akan menyulitkan ketika intraoperasi karena akan menyebabkan lensa lengket sehingga sulit dikeluarkan serta menyulitkan dokter dalam penanaman lensa. Orang yang memiliki gula darah tinggi akan membuat lensa menjadi lengket dengan kapsul posteriornya sehingga untuk mengeluarkan lensa cukup lama dan membutuhkan teknik khusus. Selain itu kapsul posterior lensa semakin rapuh sehingga mudah pecah dan akan terjadi prolaps cairan vitreus. Hal tersebut akan mernpersulit penanaman lensa okuler bahkan kemungkinan tidak bisa dilakukan penanaman, sehingga membuat tajam penglihatan setelah operasi tidak bisa maksimal. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden pasien pre operasi katarak di Kabupaten Jember dan mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Teknik sampling yang digunakan yaitu Quota Sampling dengan jumlah 95 klien pre operasi yang diambil dari 3 mrnah sakit yakni FtSD Balung, RS Bina Sehat, dan RS Jember Klinik. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak usia responden penelitian ini adalah > 65 tahun karena semakin bertambahnya usia maka akan mengalami kemunduran pada serat lensa sehingga dapat menyebabkan penurunan penglihatan, terjadinya penuaan juga berpengaruh pada kapsul, epitel makin tipis, serat lensa irreguler, dan terdapat perubahan wama nukleus menjadi coklat kekuningan. Sebagian besar jenis kelamin adalah perempuan karena hormon estrogen pada perempuan mungkin mempengaruhi pembentukan katarak dan perempuan mengalami kecemasan yang lebih tinggi daripada laki-Laki. Kecemasan yang berhubungan dengan operasi lebih sering dialami oleh perempuan. Mereka memiliki kekhawatiran tentang kesehatan umum mereka, ketidakpastian tentang masa depan, jenis operasi dan anestesi yang akan dilakukan, ketidak nyamanan dan nyeri pasca operasi, ketidakmampuan, kehilangan kebebasan, dan takut mati juga ada dipikiran mereka. Banyak responden memiliki pendidikan terakhir tidak lulus SD karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan deteksi dini katarak, kecemasan yang didapat sebagian besar cemas sedang namun ada pula yang cemas ringan karena pengetahuan ataupun informasi dapat dicari diluar pendidikan formal sehingga akan mmeningkatkan pengetahuan klien. Banyak responden baru pertama kali operasi sehingga tidak memiliki pengalaman terhadap operasi, sebagian mengalami cemas sedang tidak pernah mengalami inilah menyebabkan kecemasannya lebih tinggi. Sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani, memiliki cemas sedang dan ada juga yang cemas ringan karena petani bekerja diluar ruangan sehingga ketika setelah operasi klien cemas akan kelangsungan hidupnya dimana dia tidak bisa bekerja setelah itu dan pendapatarmya menurun selama masa penyembuhan yang setiap orang berbeda. seluruh responden menggunakan jaminan kesehatan ketika berobat dan mengalami cemas sedang. Sebagian besar berstatus menikah dan mengalami cemas sedang yang didorong oleh perasaan khawatir akan kelangsungan hidup keluarganya setelah operasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah paling banyak usia responden penelitian ini adalah >65 tahun, sebagian besar jenis kelamin adalah perempuan, hampir setengah responden memiliki pendidikan terakhir adalah tidak lulus SD, lebih dari setengah responden barn pertama kali operasi, sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani, sebagian besar berstatus menikah dan seluruh responden menggunakan jaminan kesehatan ketika berobat. Pada jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami cemas sedang dan beret sedangkan pada laki-laki paling banyak mengalami cemas ringan dan sedang, pada tingkat pendidikan tidak lulus SD paling banyak mengalami cemas sedang, pada pekerjaan petani paling banyak mengalami cemas sedang, dan menggunakan jaminan kesehatan paling banyak mengalami cemas sedang, sedangkan pada responden yang tidak memiliki pengalaman operasi sebagian besar mengalami cemas sedang sama seperti status pemikahan yang menikah paling banyak mengalami cemas sedang dan sebagian besar responden mengalami cemas sedang ketika akan melakukan operasi katarak.
Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit katarak dan pentingnya pencegahan penyakit katarak, memberikan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini katarak, dan memberikan dukungan bagi klien yang akan operasi.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]