dc.description.abstract | Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang relatif tidak stabil, memiliki
elektron yang tidak berpasangan sehingga bersifat reaktif (Erawati, 2012). Radikal
bebas yang berlebih dinetralisir oleh antioksidan. Salah satu antioksidan eksogen
alami adalah biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) yang diolah menjadi minyak biji
ketumbar (Coriander oil). Biji ketumbar kering mengandung 0,03-2,6% minyak atsiri
dengan linalool sebagai komponen utama (Mahendra dan Bisht, 2011). Menurut
Samojlik dkk. (2010), minyak biji ketumbar berpotensi sebagai antioksidan dengan
nilai IC
50
sebesar 53,5 µL/mL. Menurut Ramadan dan Moersel (2006), minyak biji
ketumbar lebih efektivif dalam menghambat radikal bebas dibandingkan minyak
jintan hitam, biji kapas, kacang tanah, bunga matahari, kenari, biji lin, zaitun, dan biji
niger. Minyak biji ketumbar tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu
bentuk sediaan topikal untuk mendapat efikasi maksimal dari zat aktif dan pilihan
bentuk sediaan yang baik.
Penggunaan minyak atsiri memiliki beberapa kekurangan, yaitu sulit menembus
kulit sehingga menimbulkan ketidaknyamanan saat digunakan, mudah menguap dan
terdekomposisi oleh panas, kelembaban udara, cahaya, maupun oksigen sehingga
menyebabkan bioavailabilitas minyak atsiri akan menurun. Bahan aktif berupa
minyak atsiri perlu diformulasikan dalam bentuk sediaan yang mudah diaplikasikan
dan lebih stabil, seperti nanoemulsi.
Nanoemulsi akan mengenkapulasi bahan aktif minyak atsiri sehingga tidak
mudah menguap dan lebih stabil. Selain itu, ukuran partikel nanoemulsi yang kecil menjadikan sediaan memiliki luas permukan yang besar sehingga dapat
meningkatkan penetrasi dan availabilitas dari bahan aktif (Bilia dkk, 2014).
Surfaktan merupakan salah satu komponen penting dalam formulasi nanoemulsi
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan yang tidak
bercampur. Surfaktan yang digunakan adalah Tween 80, surfaktan non ionik yang
bersifat non toksik dan non iritatif. Penggunaan surfaktan dikombinasikan dengan
kosurfaktan untuk menghasilkan ukuran partikel lebih kecil dan lebih stabil.
Kosurfaktan yang digunakan adalah PEG 400, surfaktan non inonik dan bersifat non
iritatif yang berpotensi meningkatkan penetrasi sehingga dapat meningkatkan difusi
obat melalui kulit.
Berdasarkan hasil penelitian, Tween 80 dan PEG 400 memberikan pengaruh
terhadap transmitan, viskositas, dan aktivitas antioksidan. Tween 80 dan interaksi
antara Tween 80 dan PEG 400 memiliki pengaruh menurunkan nilai transmitan
sedangkan PEG 400 memiliki pengaruh meningkatkan nilai transmitan nanoemulsi
minyak biji ketumbar. Tween 80 memiliki pengaruh meningkatkan nilai viskositas
sedangkan PEG 400 dan interaksi antara Tween 80 dan PEG 400 memiliki pengaruh
menurunkan nilai viskositas nanoemulsi minyak biji ketumbar. Tween 80 memiliki
pengaruh meningkatkan nilai persen inhibisi sedangkan PEG 400 dan interaksi antara
Tween 80 dan PEG 400 memiliki pengaruh menurunkan nilai persen inhibisi
nanoemulsi minyak biji ketumbar.
Hasil analisis menggunakan Design Expert 11.0.0.5 trial menghasilkan formula
optimum nanoemulsi minyak biji ketumbar dengan komposisi Tween 80 sebesar 30%
dan PEG 400 sebesar 10%. Karakteristik fisik formula optimum nanoemulsi minyak
biji ketumbar, yaitu tipe nanoemulsi minyak dalam air dengan nilai transmitan
99,037%; bobot jenis 1,036 g/mL; viskositas 101,710 mPa.s; pH 6,28; ukuran partikel
rata-rata 17,7 nm; dan bersifat monodispersi dengan indeks polidispersi sebesar
0,367, stabil, dan memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC
50
sebesar 199,176
ppm. | en_US |