dc.description.abstract | Udang merupakan salah satu primadona ekspor indonesia yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 ekspor udang
mencapai 145.077,9 ton. Sedangkan, menurut KKP-Dirjen-PDSPKP-FMB-Kominfo 19
Januari 2018 mengungkapkan bahwa ekspor udang pada periode 2012 hingga 2017
mengalami kenaikan sebesar 10,40% per tahun. Dengan permintaan ekspor udang yang
semakin tinggi upaya peningkatan produksi udang terus digalakkan. Pengembangan
budidaya tambak udang memiliki resiko terutama mengenai kematian Hal ini disebabkan
oleh menurunnya kualitas air tambak akibat akumulasi senyawa organik yang tersuspensi
dari sisa pakan dan kotoran udang pada dasar tambak dan terurai membentuk amonia yang
sangat mengganggu terhadap kehidupan dan pertumbuhan. Keadaaan ini mempengaruhi
kecilnya nilai DO dari air sehingga kebutuhan permintaan udara oleh ikan, udang maupun
bakterial dalam air mengalami kekurangan. Pengolahan air tambak diperlukan untuk
mengurangi penyebab resiko kematian dari udang Salah satu pengolahan air ialah aerasi.
Aerasi bertujuan untuk mendekomposisi air pada tambak. Salah satunya adalah metode
microbubble generation. Metode ini menggunakan sistem kinerja dengan microbubble
sebagai intinnya. Namun pda metode ini masih jarang diterapkan untuk pengolahan air
tambak.
Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya akan dipelajari mengenai aerasi dengan
metode microbubble generation dengan menghitung karakteristik bubble, dissolve oksigen
selama proses aerasi air tambak, nilai koefisien transfer masa dan kebutuhan daya dari
generator untuk microbubble generation dengan variasi diameter nozel. Udara akan
dialirkan menuju tangki dan keluar melalui nozel microbubble generation. Pengujian
dilakukan pada setiap variasi diameter nosel, variasi jarak nosel dan debit aliran udara.
Pengukuran diameter dari bubble digunakan software ImageJ. Lama tinggal bubble
dilakukan dengan menghitung lama waktu bubble bertahan pada kolam bubble
menggunakan perhitungan frame video. Pengujian konsentrasi oksigen terlarut dilakukan
dengan menggunakan DO meter yang diletakkan pada tangki air limbah tambak dengan
selang waktu 5, 10 dan 15 menit. Perhitungan koefisien transfer oksigen volumetrik dan
kebutukan daya spesifik dilakukan setelah data oksigen terlarut didapatkan. Kemudian
analisa anova dan regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar diameter nosel ,maka
menghasilkan karakteristik bubble dengan diameter bubble yang semakin besar dengan
waktu tinggal bubble yang relatif semakin singkat. Hal ini terjadi akibat adanya pemisahan
dari bubble karena tekanan keluaran yang lebih besar daripada tekanan dalam. Semakin
besar diameter nosel nilai DO akan yang diperoleh relatif meningkat. Nilai dari DO selama
proses aerasi berada pada kisaran 4 hingga 6 ppm. Nilai yang diperoleh optimum pada
diameter nosel 0,8 mm. Dengan rata-rata 6,16 ppm pada debit udara 3 l/min, 6,11 ppm pada
debit 6 l/min dan 6,09 ppm pada debit 9 l/min. Semakin besar diameter nosel, nilai koefisien
transfer oksigen volumetrik akan semakin menurun seiring dengan semakin
meningkatkatnya kebutuhan daya spesifik. Menurunnya nilai koefisien transfer oksigen
volumetrik terjadi akibat selisih antara DO awal dan DO akhir yang semakin besar.
Sedangkan, meningkatkatnya kebutuhan daya spesifik ini terjadi akibat semakin lama
waktu aerasi maka semakin banyak daya yang dibutuhkan. | en_US |