dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara maritim dengan tiga perempat presentasi
wilayahnya berupa laut dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua
setelah Kanada. Salah satu biota laut yang sering ditemukan ialah ubur-ubur
berbentuk gelatinous bodies. Spesies ubur-ubur yang sering ditemukan adalah
Physalia utriculus. Beberapa gejala keracunan akibat sengatan ubur-ubur
menyebabkan rasa sakit dan gatal pada kulit serta komplikasi pada jantung dan
saraf sebagai gejala sistemik akibat racun yang masuk melalui peredaran darah.
Respons sistemik melalui peredaran darah menyebabkan hemolisis dan kerusakan
pada pembuluh darah. Di Indonesia dilaporkan sebanyak 13 kasus sengatan uburubur pada tahun 2005-2009 dengan tiga orang meninggal akibat sengatan uburubur di daerah Jawa, Bali, dan Bangka.
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan
Kabupaten Jember. Biji kakao mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan
senyawa polifenol yang berguna sebagai antioksidan. Polifenol yang terkandung
pada kakao berupa epicathechin, catechins, dan procyanidins berfungsi untuk
memberikan perlindungan dan memperkuat resistensi terhadap hemolisis.
Metode hemolisis merupakan salah satu uji aktivitas racun yang sederhana
dan dapat dilihat secara langsung. Racun ubur-ubur membentuk ikatan pada
membran sel target diikuti adanya oligomerisasi membentuk pori-pori membran.
Pembentukan pori-pori membran pada sel eritrosit inilah menyebabkan hemolisis.
Komponen peptida litik menyebabkan peningkatan permeabilitas sel yang
berpengaruh terhadap transpor ion, pembengkakan sel, dan terjadinya lisis akibat
perbedaan tekanan osmotik.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experimental secara in
vitro dengan rancangan post test only control group design, yaitu penilaian hanya
dilakukan setelah mendapat perlakuan berupa pemberian ekstrak kakao. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini ialah whole blood 3 ml yang diambil dari
manusia sehat dengan golongan darah O, berusia 21 tahun, dan tidak memiliki
riwayat penyakit koagulan. Pemilihan sampel dilakukan dengan simple random
sampling. Sampel berupa 28 sampel eritrosit yang telah dipilih dibagi menjadi
tujuh kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif,
dan perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol kakao 0,2%, 0,1%, 0,04%, dan
0,02%. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampel eritrosit.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata kecepatan lisis eritrosit pada
kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol kakao 0,2%, 0,1%, 0,04%,
dan 0,02% berturut-turut (detik ± standar deviasi) ialah 858,25 ± 94,44; 1.000,5
± 159,93; 678,5 ± 19,71; dan 1.006 ± 159,50. Rata-rata kecepatan lisis eritrosit
pada kelompok kontrol negatif sebesar 1.025 ± 164.63, kelompok kontrol positif
dengan pemberian N-Acetylcystein, dan kelompok kontrol normal dapat bertahan
hingga satu jam setelah pemberian racun. Pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian ekstrak etanol kakao dengan kadar 0,2%, 0,1%, 0,04%, dan
0,02% tidak berpotensi menghambat kerusakan eritrosit yang telah diinduksi
racun Physalia utriculus secara in vitro. | en_US |