dc.description.abstract | Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus dan Famili Flaviridae.
Ae. aegypti merupakan vektor primer penyebab penyakit DBD. Strategi
pengendalian vektor dalam mencegah epidemi dengue masih kurang berhasil dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, strategi melawan dengue perlu dikembangkan
lebih jauh melalui pemahaman tentang mekanisme dan molekul yang terlibat dalam
siklus transmisi virus dengue. Salah satu komponen tubuh vektor yang memiliki
peran penting pada proses transmisi virus dengue adalah kelenjar saliva.
Telah diketahui bahwa saliva vektor Ae. aegypti mengandung protein
imunogenik 31 kD dan 56 kD yang diduga dapat memodulasi respon imun inang
terhadap paparan gigitan nyamuk. Paparan saliva vektor Ae. aegypti akan
memodulasi respon imun inang ke arah yang lebih protektif. Adanya protein
imunogenik tersebut akan memunculkan respon imun adaptif yang dapat
menghasilkan antibodi. Respon imun inang akan mengalami perubahan dari subset
T helper 1 (Th1) ke arah subset T helper 2 (Th2) yang ditandai dengan menurunnya
kadar IFN-γ dan meningkatnya kadar IL-4. Pada penelitian ini akan dianalisis
konsentrasi sitokin Th1 (IFN-γ) dan sitokin Th2 (IL-4) untuk melihat respon imun
hewan coba mencit (Mus musculus) BALB/c pasca dilakukan sensitisasi dengan
protein 56 kD.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rearing Aedes
aegypti, preparasi sampel dan isolasi kelenjar saliva Aedes aegypti, analisis profil
protein menggunakan SDS-PAGE, purifikasi pita gel protein melalui proses
elektroelusi dan dialisis, perlakuan pada hewan coba, dan pengukuran konsentrasi
sitokin IFN-γ dan IL-4. Hewan coba dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
A yang dijadikan kelompok kontrol diinjeksi dengan 0,05 M Tris-Cl pH 6,8,kelompok B diinjeksi dengan adjuvant dan kelompok C diinjeksi dengan protein
56 kD (0,1 μg/μl) dari kelenjar saliva Aedes aegypti + adjuvant (1:1). Proses
sensitisasi dilakukan setiap dua minggu sekali selama enam minggu. Setiap dua
minggu sekali dilakukan pengambilan darah pada bagian sinus orbitalis mata
hewan coba. Darah yang telah diambil kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan
serum darah yang akan digunakan dalam analisis konsentrasi sitokin. Konsentrasi
sitokin IFN-γ dan IL-4 dianalisis dengan menggunakan ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) dan dibaca menggunakan ELISA reader pada panjang
gelombang 450 nm.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada
kelompok C yang disensitisasi dengan protein 56 kD dari kelenjar saliva Aedes
aegypti + adjuvant memiliki konsentrasi sitokin IFN-γ yang menurun dan
konsentrasi sitokin IL-4 yang meningkat seiring dengan semakin lama paparan dari
ekstrak protein 56 kD yang diberikan. Sedangkan kelompok A dan kelompok B
menunjukkan kecenderungan yang sama antara konsentrasi sitokin IFN-γ dan IL-4
pada saat sebelum disensitisasi dan setelah diberi perlakuan. Konsentrasi sitokin
IFN-γ yang menurun dan konsentrasi sitokin IL-4 yang meningkat pada kelompok
C menunjukkan bahwa adanya paparan berulang dari ekstrak protein 56 kD dari
kelenjar saliva Aedes aegypti terbukti mampu meningkatkan respon imun adaptif,
yaitu perubahan dari subset T helper 1 (Th1) ke arah subset T helper 2 (Th2) pada
hewan coba mencit (Mus musculus) BALB/c. | en_US |