Pemanfaatan Hasil Hidrolisis Bungkil Biji Jarak Pagar Oleh Trichoderma Viride Sebagai Media Produksi Protein Sel Tunggal Saccharomyces Cereviceae
Abstract
Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan limbah dari pengolahan biji
jarak dalam menghasilkan minyak dan merupakan hasil samping dari proses
pembuatan biodiesel. Pemanfaatan limbah BBJP sebagai pakan ternak memiliki
beberapa kendala, yaitu adanya senyawa racun (phorbol ester) dan senyawa
antinutrisi (kursin). Oleh karena itu, untuk menghilangkan senyawa racun dan
antinutrisi tersebut dapat dilakukan proses fermentasi padat pada BBJP oleh
kapang Trichoderma viride sebagai penghasil enzim ekstraseluler. Penelitian
mengenai fermentasi dalam menurunkan senyawa toksik dan antinutrisi sudah
pernah dilakukan oleh kapang T. reesei pada Bungkil Inti Sawit (BIS) yang
menyebabkan kenaikan ADF (Acid Detergent Fiber) dan protein kasar, penurunan
NDF (Neutral Detergen Fiber) dan hemiselulosa serta penyusutan bahan kering.
Pada proses fermentasi padat, terjadi hidrolisis selulosa pada BBJP oleh
kapang T. viride sebagai penghasil enzim ekstraseluler. Hidrolisis selulosa
meliputi proses pemecahan selulosa dan hemiselulosa menjadi monomer gula
penyusunnya. Gula yang dihasilkan tersebut digunakan sebagai media produksi
Protein Sel Tunggal (PST). PST merupakan protein kasar atau murni yang berasal
dari mikroorganisme yang bersel tunggal. Manfaat PST antara lain dapat
digunakan sebagai makanan tambahan pada hewan ternak yang kaya akan protein
dan dapat pula digunakan sebagai alternatif pengganti protein daging. Jenis PST
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Saccharomyces cereviceae.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (i) pembuatan
stok kultur T. viride dan S. cereviceae (ii) penentuan kadar air substrat BBJP (iii)
pembuatan reagen Somogyi dan Nelson. Dilanjutkan proses fermentasi padat yang meliputi: (i) produksi skala besar gula reduksi dari hidrolisis BBJP oleh T. viride
(ii) pemanenan gula hasil dekomposisi selama fermentasi (iii) analisis konsentrasi
gula reduksi dengan metode Somogyi-Nelson. Tahap terakhir yaitu produksi S.
cereviceae yang meliputi: (i) produksi S. cereviceae pada konsentrasi dan waktu
optimum (ii) perhitungan jumlah populasi S. cereviceae (iii) analisis konsentrasi
gula reduksi akhir dengan metode Somogyi-Nelson. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah gula reduksi yang diperoleh pada hari ke- 6 adalah 102.8 µg/ml.
Gula reduksi tersebut digunakan sebagai media pertumbuhan S. cereviceae selama
inkubasi 54 jam, dengan penurunan jumlah gula reduksi sebesar 36,1% .
Penurunan gula reduksi tersebut menandakan S. cereviceae mampu menggunakan
gula reduksi tersebut sebagai sumber karbon.
Petumbuhan S. cereviceae pada media hidrolisat BBJP relatif sama dengan
pertumbuhannya pada media YEPD (Yeast Exract Pepton Dextrose). Hal ini
membuktikan bahwa S. cereviceae memanfaatkan gula reduksi dalam bentuk
monosakarida yang terkandung di dalam media hidrolisat BBJP sebagai sumber
energi untuk pertumbuhannya. Jumlah sel S. cereviceae yang dihasilkan selama
inkubasi 54 jam yaitu 2,5 x 10
sel/ml. Selama pertumbuhannya pada media
hidrolisat BBJP, media tidak mengalami perubahan pH. Nilai pH awal sekitar 8,28,5
masih
dapat
digunakan
yeast
untuk
pertumbuhan.
Hal
ini
disebabkan
rentang
pH
untuk pertumbuhan S. cereviceae pada kondisi aerob yaitu 2,5-8,5, sehingga
nilai pH awal tersebut tidak menghambat pertumbuhan yeast S. cereviceae.