dc.description.abstract | Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolik dengan
karakteristik kenaikan kadar glukosa darah (KGD) atau hiperglikemia kronis serta
kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin maupun kedua-duanya. Diabetes yang terjadi pada wanita
hamil yang sebelumya tidak mengidap diabetes disebut dengan diabetes gestational.
Hiperglikemia diabetik dapat mempercepat pembentukan reactive oxygen species
(ROS) dan akan menyebabkan kerusakan oksidatif yang mampu merusak lipid seluler,
protein maupun DNA, dan menghambat fungsi normal sel. Pada keadaan hiperglikemia
diabetik juga akan terjadi peningkatan growth hormone (GH) dan akan terjadi
penurunan kadar insulin-like growth factor 1 (IGF-1) dalam sirkulasi. Turunnya kadar
IGF-1 dalam sistem sirkulasi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan berbagai organ salah satunya gigi, karena IGF-1 memiliki peran penting
dalam menjaga keberlangsungan hidup sel, sintesis protein, proliferasi sel, mengurangi
stres oksidatif, dan mencegah kematian sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh hiperglikemia induk tikus bunting diabetik terhadap berat badan dan tumbuh
kembang benih gigi anak tikus (postnatal hari ke-1) yang meliputi fase tumbuh
kembang, pembentukan matriks jaringan keras gigi, dan ekspresi IGF-1 pada IEE dan
dental papila.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan
the post-test only control group. Anak tikus wistar (post natal hari ke-1) jenis Rattus
norvegicus yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 10 ekor anak tikus yang
berasal dari induk tikus yang berbeda dan diambil secara simple random sampling.
Penelitian ini menggunakan induk tikus dengan berat badan 150-250 gram, usia 2-3
bulan, kondisi bunting dengan usia bunting perkiraan 10 hari, kondisi fisik baik dan
perilaku normal. Terdapat 2 kelompok yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
kelompok kontrol dan perlakuan dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampel
anak tikus. Kelompok kontrol merupakan anak tikus yang berasal dari induk tikus yang
tidak diberi perlakuan apapun dan kelompok perlakuan merupakan anak tikus yang
berasal dari induk tikus yang diinduksi streptozotocin (STZ). KGD induk tikus diukur
menggunakan glukometer pada saat sbelum induksi STZ, hari ke-1 setelah induksi STZ,
dan setiap 2 hari hingga postnatal hari ke-1. Dosis STZ yang digunakan pada penelitian
ini sebesara 40 mg/kg BB dan diinjeksikan secara intraperitoneal. Induk tikus dengan
KGD ≥ 200 mg/dl dikategorikan sebagai induk tikus DM. Berat badan anak tikus
ditimbang sebelum dilakukan euthanasia pada postnatal hari ke-1. Rahang atas
(maksila) kanan anak tikus diambil untuk dilakukan pengamatan histologis pada benih
gigi M1 dengan pewarnaan HE dan imunohistokimia menggunakan antibodi IGF-1.
Hasil penelitian menunjukkan berat badan anak tikus yang berasal dari induk
bunting dengan hiperglikemia lebih rendah (5 gr) dibandingkan anak tikus yang lahir
dari induk tikus dengan KGD normal (6 gr). Anak tikus yang dilahirkan dari induk
tikus dengan hiperglikemia juga mengalami gangguan tumbuh kembang benih gigi
meliputi keterlambatan fase tumbuh kembang dan pembentukan matriks jaringan keras
gigi. Hasil penelitian juga menunjukkan ekspresi IGF-1 pada inner enamel epithelium
(IEE) benih gigi anak tikus yang berasal dari induk dengan hiperglikemia lebih rendah
(61,56%) dibandingkan anak tikus yang berasal dari induk tikus dengan KGD yang
normal (87,90%), sedangkan pada dental papila ekspresi IGF-1 hampir sama pada anak
tikus yang berasal dari induk dengan hiperglikemia (32,65%) dan anak tikus yang
berasal dari induk dengan KGD normal (31,76%). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa anak tikus yang dilahirkan dari induk
bunting dengan hiperglikemia memiliki berat badan dan tumbuh kembang benih gigi
yang terganggu. Tumbuh kembang benih gigi yang terganggu pada anak tikus yang
dilahirkan dari induk bunting dengan hiperglikemia meliputi fase tumbuh kembang dan
pembentukan jaringan keras gigi yang mengalami keterlambatan, begitu juga dengan
ekspresi IGF-1 yang rendah pada IEE benih gigi anak tikus. | en_US |