dc.description.abstract | Angka harapan hidup di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut berdampak pada semakin banyaknya jumlah wanita lanjut usia di Indonesia. Salah satu permasalahan kesehatan yang dialami oleh wanita lanjut usia adalah menopouse. Tahun 2020 diperkirakan jumlah wanita menopause di Indonesia berjumlah 30,3 juta (Depkes RI, 2005).
Menurut Prawirohardjo (2008), menopause terjadi karena penurunan hormon estrogen yang dihasilkan ovarium. Penurunan kadar hormon tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada tubuh. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan yang terjadi pada masa menopause. Salah satunya yaitu dengan pemberian terapi sulih hormon (TSH), terutama pemberian hormon estrogen untuk mengatasi keluhan atau perubahan yang dialami wanita menopause. Namun terapi hormon memiliki banyak efek samping,, sehingga perlu di fikirkan cara lain, salah satunya dengan fitoesterogen. Terapi fitoestrogen menggunakan suatu bahan yang memiliki khasiat mirip estrogen dan berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang memiliki senyawa fitoesterogen adalah edamame (Cederroth dan Nef, 2009).
Edamame merupakan kedelai sayur yang memiliki kandungan penting berupa senyawa isoflavon sebagai fitoesterogen utama. Senyawa isoflavon pada edamame memiliki dua bentuk yaitu aglikon dan glikosida. Salah satu upaya untuk mendapatkan kandungan senyawa isoflavon aglikon yang tinggi adalah dengan melakukan fermentasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat validitas metode analisis dan pengaruh fermentasi edamame menggunakan Aspergillus oryzae.
Tahap awal yang dilakukan adalah preparasi sampel yang terdiri dari edamame non-fermentasi dan terfermentasi hari ke-1, 2, 3, dan 4. Kemudian dilakukan optimasi kondisi analisis, kemudian validasi metode terhadap metode yang akan digunakan dan dilanjutkan dengan penetapan kadar daidzein pada ekstrak edamame non-fermentasi dan terfermentasi.
Hasil optimasi kondisi analisis menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan adalah metanol p.a; fase diam yang digunakan adalah silika gel 60 F254; fase gerak yang digunakan adalah kombinasi n-heksana : etil asetat : asam asetat (2:5:0,15); panjang gelombang optimum 273 nm; dan konsentrasi uji yang digunakan adalah 80 mg/mL.
Metode analisis penetapan kadar daidzein dalam ekstrak edamame non fermentasi dan terfermentasi A.oryzae dengan metode analisis KLT- densitometri memberikan hasil analisis yang kurang valid, yaitu tidak memenuhi parameter selektivitas Rs < 1,5, yaitu sehingga kurang selektif dalam pemisahan daidzein. Untuk parameter linieritas terpenuhi yaitu nilai r sebesar 0,999, nilai Vx0 sebesar 3,068%, dan nilai Xp sebesar 55.676. Kepekaan terhadap BD sebesar 23,694 ng dan nilai BK sebesar 71,089 ng, memiliki spesifisitas yang baik karena nilai korelasi pada uji purity dan identity lebih dari 0,99, presisi dengan nilai RSD kurang dari 5,3%, akurasi dengan nilai recovery antara 90-107% dan nilai RSD kurang dari 5,3%.
Kadar daidzein yang didapatkan pada penetapan kadar daidzein ekstrak edamame non-fermentasi dan terfermentasi A. oryzae berturut-turut dari hari ke-1 hingga hari ke-4 adalah 0,0433 ± 0,00221; 0,0336 ± 0,00698; 0,0276 ± 0,00039; 0,0219 ± 0,00041; 0,1002 ± 0,00924 % (b/b). Terdapat penurunan pada H0, H1, H2 dan H3, namun meningkat pada H4
Hasil analisis statistk uji ANOVA dan LSD menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara edamame non-fermentasi dengan edamame terfermentasi hari ke-4 dengan nilai P<0,01. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kadar daidzein pada ekstrak edamame yang difermentasi menggunakan A. oryzae pada hari ke-4 lebih tinggi dibandingkan dengan edamame non-fermentasi. | en_US |