dc.description.abstract | Penyakit infeksi baik di indonesia maupun di dunia telah menjadi salah satu masalah terbesar. Mikroorganisme patogen seperti bakteri, parasit, virus, ataupun jamur adalah penyebab dari infeksi. Infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia. Infeksi juga menjadi penyebab kematian didunia sebesar 22% pada abad ke-20 ini. Hingga saat ini terapi yang digunakan untuk pengobatan infeksi yaitu dengan pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan banyak kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik serta timbulnya efek samping seperti hipersensitivitas, penekanan sistem imun, dan reaksi alergi. Adanya resistensi antibiotik dan efek samping yang berlebihan tersebut menunjukkan bahwa perlu dikembangkannya antibakteri baru sebagai alternatif pengobatan antibakteri yang bersumber dari bahan alam. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah jahe. Di Indonesia terdapat tiga varietas jahe, yakni jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe) dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan fenol dan flavonoid pada jahe merah lebih tinggi dari dua jenis jahe lainnya. Kandungan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri pada jahe merah adalah golongan fenol, flavonoid, terpenoid, dan minyak atsiri.
Pada penelitian ini, dilakukan penetapan aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol dan fraksi rimpang jahe merah terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Fraksinasi dilakukan untuk membandingkan efektivitas pelarut yang mampu mengambil senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Fraksinasi dilakukan dengan metode partisi cair-cair secara bertingkat menggunakan pelarut berturut-turut, yaitu pelarut heksana, kloroform, etil asetat, 1-butanol, dan metanol. Penetapan aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan difusi cakram dengan gentamisin cakram sebagai kontrol positif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona bening dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi 1-butanol, dan Residu yaitu berturut-turut sebesar 8,2±0,19 mm; 10,28±0,27 mm; 10,4±0,28 mm; 9,4±0,32 mm; 7,7±0,17 mm; dan 5,3±0,24 mm untuk bakteri Staphylococcus aureus dan 11,7±0,33 mm, 12,3±0,39 mm, 11,6±0,36 mm, 11,0±0,3 mm, 7,7±0,26 mm dan 6,6±0,37 mm untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa. Fraksi n-heksana memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol dan fraksi yang lain sedangkan residu memiliki aktivitas antibakteri paling rendah dibandingkan ekstrak etanol dan fraksi yang lain. Hasil pengujian kelompok sampel tidak memiliki perbedaan yang bermakna yang ditunjukkan dengan nilai (p>0,05) pada uji Kruskal wallis dan Mann whitney. | en_US |