Show simple item record

dc.contributor.authorKHAIRINA, Fadiah Ulfa
dc.date.accessioned2018-11-28T03:34:48Z
dc.date.available2018-11-28T03:34:48Z
dc.date.issued2018-11-28
dc.identifier.nim142010101050
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/88549
dc.description.abstractDiabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di atas nilai normal (hiperglikemia) akibat terganggunya sekresi insulin, kerja insulin itu sendiri, ataupun keduanya. Sebanyak 90-95% kasus DM merupakan DM tipe 2 akibat defisiensi insulin relatif dan resistensi insulin perifer (ADA, 2017). Pada keadaan DM, terjadi aktivasi enzim yang berperan dalam proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di hepar yang berakhir pada resistensi insulin. Resistensi insulin mengakibatkan terjadinya kondisi hiperglikemia dan stres oksidatif yang dapat memperberat keadaan DM dengan merusak beberapa jaringan tubuh, salah satunya hepar. Kondisi yang sering berkaitan dengan gangguan hepar berupa Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Mekanisme patogenesis dan progresivitas NAFLD dikenal dengan “two-hit theory”. Teori pertama adalah akumulasi lemak pada penderita obesitas atau resistensi insulin, sementara teori kedua adalah induksi sitokin inflamasi akibat stres oksidatif, peroksidasi lipid, dan endotoksin. Kedua teori ini menyebabkan kematian sel, infiltrasi sel inflamasi, dan fibrosis hepar. Kerusakan mitokondria juga terlibat pada stres oksidatif dan ROS diproduksi dalam jumlah besar (Manco, 2009). Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara komprehensif. Sayangnya, masyarakat Indonesia memiliki budaya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok (Tarigan, 2003). Hal ini tentu dapat mengurangi optimalitas pengendalian kadar glukosa darah (KGD) bagi penderita DM tipe 2, sebab beras merupakan sumber karbohidrat dengan indeks glikemik (IG) tinggi yang dengan cepat dapat meningkatkan KGD setelah makan (Arif dkk., 2013). Beras analog merupakan salah satu terobosan untuk diet penderita DM. Umumnya, beras analog memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dan indek glikemik yang lebih rendah dari beras biasa. Diet tinggi serat terbukti dapat mengendalikan kadar glukosa pada penderita DM tipe 2 (Chandalia dkk., 2000; Subagio dkk., 2012). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian diet beras analog terhadap gambaran histopatologi organ hepar tikus model DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental murni secara in vivo dengan rancangan post test only control group design. Terdapat 24 sampel penelitian dengan satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok PBA1, PBA2, dan PBB. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beras analog dengan dua formula yang berbeda dan beras biasa. Variabel terikat pada penelitian ini adalah gambaran histopatologi organ hepar tikus model DM tipe 2. Tikus model DM tipe 2 diperoleh dengan cara diet tinggi lemak-tinggi protein dikombinasikan dengan induksi streptozotocin (STZ) dosis rendah secara intraperitoneal. Tikus diberi diet tinggi lemak-tinggi protein selama 40 hari. Pada hari ke-33 diinjeksi STZ intraperitoneal. Satu minggu pasca induksi dilakukan pengukuran kadar glukosa darah puasa. Tikus yang memiliki kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl dijadikan model tikus DM tipe 2 (Srinivasan dkk., 2005). Kemudian tikus diberi diet beras analog dan beras biasa selama 21 hari. Tikus dikorbankan pada akhir minggu ketiga pascaperlakuan. Tikus dibedah dan diambil heparnya lalu disimpan dalam larutan Buffer Neutral Formalin 10% pada pot organ. Hepar diproses menjadi preparat histopatologi menggunakan pengecatan Hematoxilin Eosin. Data penelitian berupa gambaran histopatologi hepar tikus model DM tipe 2 serta rata-rata skor derajat kerusakan hepatosit. Hasil rata-rata skor hepatosit adalah kelompok K 1,58+0,22; PBB 2,25+0,29; PBA1 1,93+0,26; PBA2 1,94+0,25. Selanjutnya dilakukan uji normalitas data dengan uji Saphiro-Wilk, diuji homogenitasnya dengan uji Levene, kemudian dianalisis menggunakan uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai p=0,04 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan secara statistik (p<0,05) antara kelompok K, PBB, PBA1, dan PBA2. Untuk mengetahui perbedaan antar kelompok, dilakukan uji Post Hoc LSD. Pada hasil uji Post Hoc, didapatkan bahwa kelompok kontrol memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok PBB, PBA1, dan PBA2. Kesimpulan yang didapatkan adalah pemberian diet beras analog memiliki pengaruh terhadap gambaran histopatologi hepar tikus model DM tipe 2 menuju morfologi normal, namun pengaruhnya belum optimal.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectDiet Beras Analogen_US
dc.subjectHistopatologi Organ Hepar Tikus Model DM Tipe 2en_US
dc.titlePengaruh Pemberian Diet Beras Analog Terhadap Gambaran Histopatologi Organ Hepar Tikus Model Dm Tipe 2en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record