dc.description.abstract | Barisan dan Deret merupakan pokok bahasan matematika yang sarat
dengan penerapan masalah kontekstual dan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah kontekstual serta
kesulitan dalam memperoleh pengetahuan yang bermakna. Selain itu dalam proses
belajar banyak siswa kesulitan dalam berkolaborasi karena memikirkan diri
sendiri sehingga mengabaikan teman lainnya. Salah satu penyebabnya adalah
perangkat pembelajaran yang digunakan kurang memfasilitasi siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan dengan berfikir tingkat tinggi, berkolaborasi dengan
teman serta menumbuhkan rasa saling peduli. Berdasarkan hal tersebut peneliti
mengembangkan perangkat pembelajaran dengan Contextual Teaching and
Learning berbasis Lesson Study for Learning Community pada Pokok Bahasan
Barisan dan Deret Kelas X SMK.
Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods dengan model Sequential
Exploratory Design yakni menggabungkan metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif secara berurutan. Pada tahap awal penelitian menggunakan metode
kualitatif yaitu penelitian pengembangan (research and development model
Thiagarajan atau 4-D Model) dan tahap selanjutnya metode kuantitatif yakni
penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh perangkat pembelajaran yang
dikembangkan terhadap higher order thinking siswa. Subjek penelitian
pengembangan adalah siswa kelas X Akuntansi 1 (36 siswa), dan subjek penelitian
eksperimen adalah siswa kelas X Akuntansi 2 (kelas kontrol; 36 siswa) serta siswa
kelas X Akuntansi 3 (kelas eksperimen; 36 siswa) di SMKN 1 Panji Situbondo tahun ajaran 2017/2018. Adapun data yang digunakan yakni hasil validasi perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian, hasil observasi aktivitas siswa, observasi
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, observasi open lesson, hasil angket
respon siswa, hasil tes belajar (THB), pre-test dan post-test (penelitian
eksperimen).
Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran dinyatakan valid,
praktis dan efektif. Rata-rata keseluruhan nilai validasi RPP, LKS, dan THB
berturut-turut sebesar 3,81 ; 3,77 dan 3,85. Sedangkan rata-rata keseluruhan nilai
validasi instrumen penelitian sebesar 3,78. Kepraktisan ditinjau dari rata-rata nilai
observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran sebesar 3,8 dengan kriteria baik.
Aspek keefektifan ditinjau dari hasil observasi aktivitas siswa yakni 3,69 ; hasil
THB memenuhi ketuntasan individual dan klasikal dengan nilai rata-rata siswa
75,36 dan persentase ketuntasan sebesar 77,78% ; dan hasil angket respon siswa
menunjukkan respon positif yakni persentase nilai rata-rata untuk jawaban “iya”
pada semua aspek adalah sebesar 95%.
Hasil implementasi perangkat pembelajaran pada kelas eksperimen yakni
kelas X Akuntansi 3 menunjukkan rata-rata peningkatan higher order thinking
lebih tinggi daripada kelas kontrol (X Akuntansi 2) dengan rincian; pada aspek
analisis, evaluasi dan kreasi, pada kelas eksperimen sebesar 2,86 ; 3,25 ; dan 1,47.
Sedangkan pada kelas kontrol terjadi peningkatan sebesar 1,75 ; 1,83 dan 0,83.
Adapun persentase jumlah siswa dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
kategori rendah, sedang, dan tinggi pada kelas eksperimen adalah 19,4%; 36,1%;
dan 44,4%. Sedangkan pada kelas kontrol persentase kemampuan berpikir tingkat
tinggi berdasarkan masing-masing kategori berturut-turut adalah 47,2%; 41,7%;
dan 11,1%.
Hasil uji Mann Whitney terhadap perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukkan nilai
sig. 0,000 ( p < 0,05 ) sehingga terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi di kedua kelas. Dengan demikian ada pengaruh perangkat
pembelajaran matematika dengan CTL berbasis LSLC terhadap kemampuan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). | en_US |