dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara beriklim hujan tropis dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi (Relative Humidity >80%) dan suhu rata-rata 28o-33°C. Hal tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi tempat yang potensial untuk perkembangbiakan bakteri yang bersifat patogen terhadap manusia seperti Shigella dysentriae (S. dysentriae) sebagai penyebab disentri basiler atau Shigellosis. Penyakit shigellosis bersifat endemik di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia, sekitar 80 juta diare berdarah di dunia dengan 700.000 diantaranya meninggal dunia disebabkan oleh penyakit tersebut. Bahkan 99% infeksi yang disebabkan oleh Shigella muncul di negara berkembang dengan 60% kasusnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Ciprofloxacin merupakan antibiotik berspektrum luas yang menjadi pilihan pertama (drug of choice) pada semua kasus diare disertai darah termasuk yang disebabkan oleh bakteri patogen S. dysentriae (Shigellosis). Shigella dysentriae merupakan salah satu bakteri yang sering mengalami resistensi sehingga kemungkinan S. dysentriae untuk menjadi tidak sensitif lagi terhadap ciprofloxacin di masa depan sangatlah besar. Hal tersebut didukung dengan adanya laporan di tahun 2003 dari beberapa negara (India, Bangladesh, Myanmar, dan Thailand) ditemukan S. dysentriae yang resisten terhadap ciprofloxacin dan fluorokuinolon lain. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik di masa yang akan datang dengan cara mengkombinasikannya dengan senyawa antibakteri yang terkandung dalam kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) yaitu flavonoid, saponin, dan tanin.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek pemberian ekstrak metanol daun kembang sepatu dan ciprofloxacin terhadap bakteri S. dysentriae. Jenis penelitian ini yaitu eksperimental laboratoris (quasi experimental design) dengan rancangan postest only group control design menggunakan metode sumuran. Bakteri S. dysentriae diswab ke media Mueller Hinton Agar kemudian dibuat sumuran dengan menggunakan besi pelubang media. Tiap sumuran diisi kelompok perlakuan P1-P9 (100 μl ekstrak metanol daun kembang sepatu dengan variasi konsentrasi berturut-turut 0,5 μg/mL, 1 μg/mL, 2 μg/mL, 4 μg/mL, 8 μg/mL, 16 μg/mL, 32 μg/mL, 64 μg/mL, dan 128 μg/mL yang telah dikombinasikan dengan ciprofloxacin 5μg/5μL) dan kelompok K(+) (100 μl ciprofloxacin 5μg/5μL). Setelah itu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC kemudian diamati diameter zona hambat yang terbentuk menggunakan jangka sorong.
Hasil dari penelitian ini didapatkan diameter zona hambat pada kelompok K(+) sebesar 32,53 mm, sedangkan pada kelompok P1-P9 berturut-turut sebesar
26,01 mm, 26,34 mm, 26,56 mm, 26,94 mm, 27,01 mm, 27,36 mm, 27,90 mm, 28,32 mm, dan 29,04 mm. Hasil uji Saphiro-wilk didapatkan p>0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Pada uji varian Levene’s didapatkan p>0,05 maka varian data tersebut dinyatakan homogen. Pada hasil uji One Way ANOVA didapatkan hasil p=0,000 yang menunjukkan bahwa rata-rata kelompok berbeda signifikan, selanjutnya hasil dari uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar semua kelompok kecuali pada P2 terhadap P3 dan kelompok P4 terhadap P5. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak daun kembang sepatu dengan konsentrasi 0,5 μg/mL, 1 μg/mL, 2 μg/mL, 4 μg/mL, 8 μg/mL, 16 μg/mL, 32 μg/mL, 64 μg/mL, 128 μg/mL dan ciprofloxacin sebesar 5 μg/5μL dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysentriae secara in vitro namun diameter zona hambat yang terbentuk lebih kecil daripada ciprofloxacin secara tunggal. | en_US |