dc.description.abstract | Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas dan mtode Badon Ghyben-Harsberg. Adapun hasil yang diperoleh melalui metode geolistrik resistivitas adalah citra bawah permukaan. Citra tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menduga distribusi intrusi dan batas kedalaman air tanah dan air laut (nilai H) pada masing-masing lintasan pengukuran. Arah aliran intrusi dapat diduga berdasarkan nilai batas kedalaman air tanah dan air laut (nilai H). Kemudian nilai H tersebut digunakan untuk memvalidasi nilai H yang didapatkan dengan menggunakan metode Badon Ghyben Harsberg. Nilai H dari metode Badon Ghyben-Harsberg didapat melalui pengukuran beberapa variabel seperti massa jenis air sumur dan air laut, serta elevasi dan muka air sumur.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada ketiga lintasan pengukuran air laut mengintrusi rata-rata lebih dari 50% dari total panjang lintasan. Pada lintasan pengukuran 1 (LP-1) air laut mengintrusi sekitar 60%, LP-2 air laut mengintrusi sekitar 80%, dan LP-3 air laut mengintrasi sekitar 76% dari total panjang lintasan. Batas kedalaman air tanah dan air laut (nilai H) pada LP-1 berkisar 5.0-8.0 m dan posisi sekitar sumur berkisar 8.0 m, LP-2 berkisar 3.0-5.4 m dan posisi sekitar sumur berkisar 5.4 m, LP-3 berkisar 2.0-5.4m dan posisi sekitar sumur berkisar 5.4 m. Adapun nilai H yang diperoleh melalui metode Badon Gyben-Harsberg pada LP-1 berkisar 17.1 m, LP-2 berkisar 7.3 m, dan LP-3 berkisar 9.4 m. Setelah dilakukan validasi terkait nilai batas kedalaman air tanah dan air laut maka diketahui bahwa hasilnya memiliki perbedaan. Pada lintasan pengukuran 1 (LP-1), metode Badon Ghyben-Harsberg memiliki batas yang lebih dalam sekitar 9.1 m. Pada LP-2, metode
Badon Ghyben-Harasberg memiliki batas yang lebih dalam sekitar 1.7 m, dan pada LP-3 metode Badon Ghyben-Harsberg memiliki batas yang lebih dalam sekitar 4.0 m. | en_US |