dc.description.abstract | Sensor posisi berbasis through-wall imaging merupakan pengembangan
dari teknologi WiFi sebagai media citra. Through-wall imaging memungkinkan
pemakainya untuk melacak objek dan mendapatkan informasi rinci di daerah yang
tidak dapat dilihat menggunakan cara-cara konvensional. Salah satu kendala sensor
posisi berbasis through-wall imaging adalah kecepatan akuisisi data citra.
Kecepatan akuisisi data citra sangat menentukan keakuratan sensor
mendeskripsikan posisi obek sesuai dengan keadaan real-time. Oleh karena itu pada
penelitian ini dilakukan desain sistem pengiriman yang cepat dan akurat dengan
metode Time Division Multiplexing (TDM), sehingga diharapkan dapat
memberikan solusi terhadap sistem pengiriman data citra sensor. TDM merupakan
suatu metode multiplexing yang menggunakan fase pengiriman data berdasarkan
interval waktu. Penggunaan dari TDM sebagai multiplexer pada penelitian ini
dikarenakan TDM memiliki keuntungan diantaranya tidak lagi memerlukan filterfilter
mahal dan net-lose circuit yang dihasilkan rendah. Akan tetapi dengan
penggunaan sistem pengiriman informasi berdasarkan periode waktu tertentu
menyebabkan sistem memerlukan bandwith yang besar dan sering terjadi time-slot
kosong. Dengan pembagian waktu yang telah ditentukan pada masing masing user
memungkinkan terjadi multipath distorsion.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem transmisi data yang efisien
pada aplikasi thought-wall imaging sebagai sensor posisi berbasis wireless network
dengan metode TDM. Kegiatan penelitian dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu:
pemodelan sistem transmisi data through-wall imaging sebagai sensor posisi dan
analisis sistem transmisi data through-wall imaging sebagai sensor posisi.
Pemodelan sistem transmisi data dilakukan dengan memodelkan format data
aplikasi through-wall imaging, memodelkan teknik transmisi data, dan modelkan
sistem TDM. Analisis sistem transmisi data through-wall imaging dilakukan
dengan mengevaluasi efisiensi TDM sebagai sistem transmisi data pada aplikasi
through-wall imaging sebagai sensor posisi berbasis wireless network. Tahapan
pemodelan format data aplikasi through-wall imaging dilakukan dengan mendesain
format frame dan kontrol frame data yang ditransmisikan dengan teknik transmisi
modulasi AM. Pemodelan sistem multiplexing jenis TDM dilakukan dengan dua
model, yaitu: syncrhonous TDM (STDM) dan asynchronous TDM (ASTDM).
Selanjutnya dilakukan analisis sistem transmisi dengan melakukan rekonstruksi
data citra menggunakan teknik Algebraic Reconstruction Technique (ART). Sistem
dianalisa dengan mengukur ketahanan sistem terhadap signal noise, akurasi sensor
posisi, dan efisiensi sistem dengan berdasarkan persentase ketahanan terhadap data
lose, akurasi sensor posisi, dan kecepatan maksimum gerak objek yang dapat
direkonstruksi. Akurasi sensor posisi dinyatakan dalam besaran persentase kualitas citra. Nilai presentase kualitas citra 100% menunjukkan posisi objek terdefinisi
dengan sempurna.
Berdasarkan hasil pengujian karakteristik sistem yang dimodelkan,
penambahan jumlah penggunaan pasangan transmitter-receiver menyebabkan
utilitas (kinerja) server semakin tinggi dengan utilitas tertinggi 31829 bit untuk
model STDM dan 6684 bit untuk model ASTDM yang masing-masing bekerja
dengan frekuensi sinkronisasi sebesar 2792 bps untuk STDM dan 2832 bps untuk
model ASTDM. Peningkatan nilai utilitas server menyebabkan probabilitas
terjadinya data lose semakin besar mengingat frekuensi sinkronisasi sistem terbatas.
Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah penggunaan pasangan transmitterreceiver
jumlah kanal yang dihasilkan akan semakin besar. Pengujian juga
dilakukan dengan dengan memvariasi kecepatan gerak objek untuk mengukur
kecepatan maksimum gerak objek yang dapat diakuisisi sistem dengan akurat.
Kecepatan gerak objek maksimum untuk model STDM sebesar 6 pixel/s dan untuk
model ASTDM sebesar 11 pixel/s. Nilai ini didapatkan untuk penggunaan 4
pasangan transmitter-receiver dengan akurasi sebesar 76.854 %. Akurasi tertinggi
yang dapat dicapai untuk objek diam sebesar 98.299 % pada model STDM dan
ASTDM pada penggunaan 40 pasangan transmitter-receiver. Sedangkan untuk
objek bergerak sebesar 91.176 % untuk model STDM dengan kecepatan gerak
objek 1 pixel/s pada penggunaan 8 pasangan transmitter-receiver dan 96.762 %
dengan kecepatan gerak objek 2 pixel/s pada penggunaan 24 pasangan transmitterreceiver
untuk model ASTDM.
Ketahanan teknik pengiriman data terhadap noise dilakukan dengan
mengukur jumlah Bit Error Ratio (BER) dengan variasi nilai SNR dan jumlah
pasangan transmitter-receiver. Berdasarkan hasil yang diperoleh, semakin rendah
SNR maka semakin tinggi jumlah error bit yang ditransmisikan, sehingga nilai
BER akan naik dan semakin banyak pasangan transmitter-receiver yang digunakan
maka semakin signifikan pula kenaikan nilai BER pada level noise yang sama. Pada
model STDM jumlah BER terendah didapatkan 0.051 % untuk 4 pasangan
transmitter-receiver yang digunakan sedangkan pada model ASTDM jumlah BER
terendah didapatkan 0.029% untuk 4 pasangan transmitter-receiver pada tingkat
SNR noise 10 dB. Dengan demikian besar SNR noise maksimal yang mampu
ditoleransi sistem transmisi pada penelitian ini adalah 10 dB atau daya noise 40%
dari daya sinyal data. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa model STDM
lebih efisien sebagai sistem transmisi data aplikasi through-wall imaging dengan
persentase efisiensi akuisisi sistem sebesar 96.648 % berdasarkan ketahanan
terhadap data lose, 96.762 % berdasarkan akurasi sensor posisi, dan kecepatan
maksimum gerak objek yang mampu direkonstruksi sebesar 11 pixel/s yang
didapatkan pada penggunaan 4 pasangan transmitter-receiver. | en_US |