dc.description.abstract | vii
RINGKASAN
Daya Antibakteri Ekstrak Minyak Atsiri Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis dan
Fusobacterium nucleatum; Nakhita Lintang Syafira, 141610101085; 2018: 97
halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Nekrosis pulpa merupakan suatu keadaan kematian pulpa yang dapat
terjadi pada sebagian atau seluruh jaringan pulpa. Penyebab utama nekrosis pulpa
yaitu adanya invasi mikroorganisme dengan persentase kasus 98,5%, sedangkan
1,5% disebabkan oleh trauma dan iritasi kimiawi. Perawatan saluran akar gigi
merupakan salah satu perawatan yang diindikasikan untuk nekrosis pulpa. Suatu
perawatan tidak lepas dari kemungkinan adanya suatu kegagalan, termasuk
perawatan saluran akar. Persentase kegagalan perawatan saluran akar tergolong
tinggi, yaitu 78,8%. Penyebab utama kegagalan perawatan saluran akar gigi
adalah adanya resistensi mikroorganisme terhadap obat sterilisasi saluran akar
yang digunakan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan pada infeksi
saluran akar gigi yaitu Enterococcus faecalis dan Fusobacterium nucleatum.
Perawatan saluran akar terdiri dari 3 tahap utama, yaitu preparasi,
sterilisasi, dan pengisian. Sterilisasi merupakan faktor yang sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan perawatan saluran akar. Obat sterilisasi saluran akar
yang cukup efektif dan biasa digunakan dalam kedokteran gigi adalah
Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM) dan Cresophene. Namun, ChKM dan
Cresophene memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan bagi tubuh, salah
satunya karena kedua bahan tersebut dilaporkan mengurangi viabilitas sel
fibroblast. Oleh karena itu, perlu adanya suatu herbal medicine sebagai alternatif
obat sterilisasi saluran akar dengan efek samping minimal, salah satunya yaitu
temulawak. Rimpang temulawak dilaporkan mengandung minyak atsiri yang
memiliki aktivitas antibakteri dengan merusak porin dan penghambatan
pembentukan biofilm bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak minyak atsiri rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) terhadap pertumbuhan E. faecalis dan F. nucleatum.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian the post test only control group design. Penelitian ini menggunakan
metode disc-diffusion yang terdiri dari 7 kelompok penelitian (3 kelompok kontrol
dan 4 kelompok perlakuan). Kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif (ChKM
dan Cresophene) dan kontrol negatif (DMSO 10%+Tween 80 0,5%). Kelompok
perlakuan terdiri dari konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%. Setiap kelompok
diambil sebanyak 20 μl, lalu diteteskan pada kertas cakram dengan diameter 5 mm.
Kertas cakram lalu diletakkan di atas permukaan media MH-A yang telah
diinokulasi E. faecalis dan F. nucleatum. Petridish dimasukkan ke dalam
desikator dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, dapat
dilakukan pengukuran diameter zona hambat di sekitar kertas cakram
menggunakan jangka sorong digital.
Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji statistik non
parametrik, Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis pada kedua bakteri
menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang dapat diartikan bahwa ada
perbedaan bermakna pada kelompok penelitian, sehingga dapat dilanjutkan
dengan uji lanjutan Mann-Whitney. Data hasil penelitian juga dilakukan
pengklasifikasian berdasarkan besarnya diameter zona hambatnya. Rata-rata
diameter zona hambat kelompok perlakuan yaitu sebesar 8,17-10,75 mm. Hasil
penelitian tersebut, berdasarkan klasifikasi Ponce et al. (2003), termasuk ke dalam
daya antibakteri dengan tingkatan sedang. Kesimpulan pada penelitian ini adalah
bahwa ekstrak minyak atsiri rimpang temulawak memiliki daya antibakteri
terhadap pertumbuhan E. faecalis dan F. nucleatum dengan tingkatan sedang. | en_US |