Show simple item record

dc.contributor.advisorNegara, Mohamad Agung Prawira
dc.contributor.authorAmirudin, Muhammad
dc.date.accessioned2018-07-31T07:59:51Z
dc.date.available2018-07-31T07:59:51Z
dc.date.issued2018-07-31
dc.identifier.nim131910201067
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86835
dc.description.abstractKabupaten Jember memang sudah dirancang sebagai daerah perkebunan sejak tahun 1850 masehi. Tembakau yang dihasilkan di Kabupaten Jember yaitu daun tembakau Besuki yang sangat terkenal serta diminati mancanegara dan dipakai sebagai pembalut, pengikat atau pembungkus, bahkan pengisi cerutu. Namun terdapat beberapa hambatan yang dialami oleh petani tembakau di Kabupaten Jember. Salah satunya yaitu cuaca hujan yang tinggi karena dibutuhkan matahari pada proses pengeringan tembakau yang telah dipanen. Akibat curah hujan yang tinggi petani tidak dapat menjemur tembakau hasil panennya. Jika tembakau yang sudah dipanen tidak dapat dijemur, lama-lama tembakau akan menjadi rusak dan berjamur. Sehingga dibutuhkan alat untuk mengeringkan tembakau yang sudah panen. Sebagian petani sudah menggunkan alat pengering tembakau untuk mengatasi curah hujan yang tinggi. Namun alat pengering tembakau yang digunakan masih manual dalam mengetahui tembakau sudah kering atau belum. Petani melihat perubahan warna dari tembakau untuk mengetahui kekeringan tembakau. Pada penelitian ini sebuah alat pengering dibuat secara otomatis untuk membantu petani mengeringkan tembakau walau pada saat cuaca hujan. Kamera dan sensor suhu digunakan sebagai penganti dari mata petani. Sensor suhu digunakan untuk memantau temperatur yang ada di dalam mesin pengering, dan kamera akan mendetesi perubahan warna dari tembakau dalam pengeringan. Perubahan warna tembakau inilah yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tembakau sudah kering atau belum. Metode pengambilan data yang digunakan untuk mendeteksi perubahan warna menggunakan metode pengolahan citra. Perubahan citra atau gambar dari tembakau yang diambil kamera digunakan sebagai data masukan. Data masukan yang diterima kemudian diolah menggunakan logika Fuzzy mamdani. Tembakau yang kering akan memiliki warna coklat. Warna coklat inilah yang digunakan sebagai acuan untuk menandakan tembakau sudah kering atau belum. Proses pengolahan citra dilakukan menggunakan komputer. Ketika warna tembakau dalam waktu pengeringan sudah sesuai, maka komputer akan mematikan mesin pengering tembakau. Hasil pengujian pada alat pengering tembakau otomatis dengan menggunakan metode fuzzy logic yaitu kenaikan jumlah pixel daun tembakau yang dikeringkan dapat mencapai jumlah pixel putih sebanyak 20.000 pixel dalam jangka waktu pengamatan 40 jam, sedangkan pada saat perbandingan warna daun tembakau hasil pengeringan memiliki perbedaan terhadap warna daun tembakau sampel dengan nilai error persen terbesar senilai 3,06%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan warna coklat matang setiap daun tidak sama sehingga terdapat perbedaan pada komposisi nilai RGB warna coklat pada setiap daunnya. Kemudian pada perubahan nilai suhu selama pengamatan dalam jangka waktu 40 jam mengalami kenaikan walaupun mengalami fluktuasi pada setiap waktu pengamatannya. Dimulai dari suhu 38oC pada saat kondisi daun dalam kondisi basah, kemudian mencapai suhu 39oC hingga suhu 42oC kondisi daun menjadi sedang, dan pada saat mencapai suhu 43oC kondisi daun tembakau terindikasi kering. Sedangkan perubahan nilai kelembaban cenderung stabil pada nilai ±40% RH hingga ±45% RH. Lalu pada hasil defuzifikasi berupa kadar air pada daun tembakau yang didapat selama pengeringan mengalami penurunan yang signifikan seiring dengan peningkatan jumlah pixel putih dan nilai suhu yang terukur. Diawali dengan nilai kadar air sebesar ±61% pada saat daun kondisi basah, lalu kadar air menurun hingga mencapai ±45% pada saat daun kondisi sedang, kemudian kadar air turun sampai sebesar ±39% pada saat daun kondisi kering. Setelah dilakukan pembandingan antara metode pengeringan tradisional dengan pengeringan dengan menggunakan alat pengering berdasarkan lama waktu pengeringan daun tembakau dengan kondisi lembar daun sudah berwarna kuning, maka didapatkan nilai efisiensi sebesar 77,78% dengan perbandingan waktu pengeringan secara tradisional memakan waktu selama 9 hari, sedangkan waktu pengeringan dengan menggunakan alat pengering memakan waktu selama 2 hari.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectAlat Pengering Tembakau Otomatisen_US
dc.subjectFuzzy Logicen_US
dc.titleRANCANG BANGUN ALAT PENGERING TEMBAKAU OTOMATIS MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGICen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record