Respon Beberapa Genotipe Koro Terhadap Berbagai Tingkat Cekaman Garam NaCl
Abstract
Diversifikasi pangan nasional menuntut agar didapatkannya bahan pangan
alternatif. Pemanfaatan lahan marginal menjadi salah satu alternatif penggunaan
lahan akibat dari semakin sempitnya lahan subur di Indonesia. Lahan marginal
termasuk lahan salin banyak ditemukan di sepanjang garis pantai Indonesia dan
lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya. Koro merupakan salah
satu tanaman kacang lokal Indonesia yang potensial. Koro bisa menjadi bahan
pangan alternatif yang dapat dikembangkan di lahan salin sehingga diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Tujuan dari percobaan ini untuk
mengetahui adaptasi morfologi dan fisiologi pada beberapa genotipe koro yang
tercekam garam NaCl serta mengetahui genotipe koro yang toleran, moderat serta
peka terhadap cekaman garam NaCl berdasarkan pertumbuhan tanaman pada
berbagai tingkat cekaman garam NaCl.
Percobaan dilaksanakan di Kelurahan Wirolegi Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2017 dengan
ketinggian lahan ± 50 m diatas permukaan laut. Rata-rata kelembaban relatif
61,13% dengan suhu bulanan 32,28oC dan intensitas cahaya 882,27 lux. Perlakuan
terdiri atas dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap, diulang tiga
kali. Faktor pertama adalah tingkat cekaman garam NaCl yang terdiri dari empat
taraf, yaitu Daya Hantar Listrik 0,5 dS/m (kontrol), 1,0 dS/m, 2,5 dS/m, dan 4,0
dS/m. Faktor kedua adalah genotipe kacang koro yang terdiri dari empat taraf,
yaitu koro pedang (Canavalia ensiformis), koro benguk (Mucuna pruriens), koro
glinding (Phaseolus lunatus), dan koro komak (Lablab purpureus). Data
penelitian dianalisis dengan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan (α, 5%).
Variabel pengamatan terdiri dari luas daun, jumlah daun, jumlah bintil akar,
persentase bintil akar aktif, kandungan fenolik, kandungan prolin, umur berbunga, jumlah bunga, jumlah polong, jumlah biji, dan berat 100 biji. Ketahanan tanaman
terhadap cekaman diketahui dengan cara menghitung indeks sensitivitas cekaman
(ISC). Penentuan nilai heritabilitas secara luas dilakukan untuk menduga nilai
besarnya daya waris keempat genotip untuk kepentingan pemuliaan tanaman.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, terdapat perubahan morfologi seperti
luas daun, jumlah daun, persentase bintil akar aktif dan fisiologi seperti
kandungan fenolik, kandungan prolin sebagai bentuk adaptasi tanaman terhadap
adanya cekaman garam NaCl. Koro benguk adalah genotipe yang toleran, koro
komak adalah genotipe yang moderat terhadap cekaman garam NaCl, sedangkan
koro glinding dan koro pedang adalah genotipe yang peka terhadap cekaman
garam NaCl.
Collections
- MT-Agronomy [35]