Show simple item record

dc.contributor.advisorNormasari, Rena
dc.contributor.advisorSuswati, Enny
dc.contributor.authorAgratama, I Nyoman Kurniawan
dc.date.accessioned2018-07-26T04:27:09Z
dc.date.available2018-07-26T04:27:09Z
dc.date.issued2018-07-26
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86500
dc.description.abstractPada umumnya singkong banyak dikonsumsi sebagai pengganti nasi dan juga sebagai sayuran. Pada era modern seperti sekarang, konsumsi singkong mulai ditinggalkan karena masyarakat lebih memilih tanaman padi sebagai makanan pokok setiap harinya. Tetapi, konsumsi daun singkong makin populer dikarenakan bisa diolah dalam berbagai macam masakan. Daun singkong banyak dikonsumsi karena murah dan mudah didapat, selain itu daun singkong memiliki banyak manfaat dibidang kesehatan karena memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, saponin, tannin, dan vitamin C (Nurdiana, 2013). Selain kandungan flavonoid yang baik untuk kesehatan, singkong juga mengandung beberapa zat sianogenik yang dapat memperburuk kondisi organ, seperti linamarin (>90%) dan lotaustralin (<10%) dengan kandungan terbesar terdapat pada daun singkong sebesar 5g linamarin dalam 1kg daun singkoang (Wanda et al., 1998). Zat sianogenik atau efek toksik pada daun singkong dapat menyebabkan gangguan pada beberapa organ. Salah satu organ target dari ketoksisitasan adalah ginjal. Menurut Nuridayanti (2011) ginjal menjadi organ sasaran dikarenakan perananya dalam mengkonsentrasikan toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu, sehingga dapat menimbulkan efek toksikan yang ditunjukkan dengan perubahan biokimia sampai dengan kematian sel, yang umumnya muncul sebagai perubahan fisiologis ginjal sampai dengan gagal ginjal. Salah satu penilian fisiologis ginjal adalah pemeriksaan BUN atau ureum yang berfungsi untuk mengukur secara kasar fungsi ginjal (Sherwood, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh toksistas akut estrak daun singkong (Manihot esculenta) yang diberikan per oral pada mencit dengan melihat kadar BUN. Penelitian ini merupakan peneletian kuasi eksperimental dengan post test–only control group design. Sampel penelitian dibagi menjadi 2, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlkuan, dimana setiap kelompok berisi 5 ekor tikus. Pemberian perlakuan di dahului dengan uji pendahuluan. Uji pendahuluan bertujuan untuk mengetahui besaran dosis yang akan digunakan. Dosis yang di berikan sebanyak 5, 50, 300, dan 2000 mg/kg. Setelah dilakukan uji pendahuluan selama 14 hari dan telah di dapatkan dosis pasti, maka dilanjutkan dengan uji utama selama 14 hari. Jika selama uji utama ada tikus yang mati, maka akan segera di ambil darahnya untuk di ukur kadar BUN. Pada penelitian ini tikus pendahuluan diberi dosis 2000 mg/kgBB dan didapatkan hasil tikus masih hidup, sehinga dosis 2000 mg/kgBB digunakan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diberi Na CMC. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai rata-rata kadar BUN pada kelompok kontrol sebesar 42,3 mg/dL dan kelompok perlakuan sebesar 51,94 mg/dL. Lalu data dimasukan ke dalam spss dan didapatkan hasil (P>0,5). Peningkatan kadar BUN dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diet tinggi protein dan keadaan dehidrasi, sehingga pada penelitian ini didapatkan dosis toksik ekstrak daun singkong (Manihot esculenta) tidak menyebabkan peningkatan yang bermakna terhadap kadar BUN pada kelompok perlakuan yang diinduksi ekstrak daun singkong (Manihot esculenta).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectDaun Singkong (Manihot esculenta)en_US
dc.subjectGinjal Tikusen_US
dc.subjectKadar Blood Urea Nitrogen (BUN)en_US
dc.titleUji Toksisitas Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta) terhadap Ginjal Tikus Dilihat dari Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record