Show simple item record

dc.contributor.authorKusumastuti, Gita
dc.date.accessioned2018-05-03T02:29:31Z
dc.date.available2018-05-03T02:29:31Z
dc.date.issued2018-05-03
dc.identifier.nim141910101068
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85651
dc.description.abstractPesawat N219 adalah pesawat dengan kapasitas 19 penumpang yang menggunakan mesin turboprop ganda. Pesawat ini dirancang untuk dapat beroperasi di daerah terpencil dengan infrasturktur bandara yang terbatas. Kemampuan khusus yang dimiliki oleh pesawat ini yaitu dapat melakukan lepas landas (take-off) dan mendarat (landing) dengan baik pada landasan pacu yang tidak beraspal dengan jarak kurang dari 600 m. Sebagai pesawat yang masih dalam masa pengujian terbang, pesawat ini perlu dikaji lebih lanjut untuk keperluan evaluasi dan penyempurnaan di berbagai bidang. Dalam penelitian ini, bidang yang dikaji adalah bidang performance yang mengkaji prestasi terbang pesawat. Untuk mengkaji prestasi terbang pesawat maka perlu untuk mengetahui fungsi dari pesawat tersebut. Dalam hal ini pesawat N219 difungsikan sebagai pesawat transportasi komersil sehingga perlu untuk mengkaji range maksimum yang dapat dijangkau oleh pesawat tersebut. Dalam penerbangannya pesawat mengalami beberapa fase terbang yaitu take-off, climb, cruise, descent, dan landing. Fase terbang yang paling dominan baik dalam hal jarak, waktu, dan konsumsi bahan bakar adalah fase cruise atau disebut juga fase terbang jelajah sehingga fase ini dijadikan sebagai fokus kajian. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi temperatur ISA yaitu ISA 0 dan ISA+20 serta variasi ketinggian terbang yaitu sea level, 5 000 ft, dan 10 000 ft. Metode perhitungan yang digunakan adalah metode specific air range. Metode ini digunakan untuk menentukan kecepatan terbang pesawat yang dapat menghasilkan range maksimum. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa range maksimum pada temperatur ISA+20 lebih tinggi dibandingkan pada temperatur ISA 0. Hal ini terjadi karena pada temperatur ISA+20 massa jenis udara lebih rendah dibandingkan dengan temperatur ISA 0. Massa jenis udara yang lebih rendah ini menyebabkan kecepatan stall pesawat menjadi lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi specific air range maksimum yang nilainya lebih besar pada temperatur ISA+20 dibandingkan dengan ISA 0 sehingga kecepatan untuk dapat menghasilkan range maksimum pada temperatur ISA+20 lebih tinggi dibandingkan ISA 0. Dengan kecepatan yang lebih tinggi pada temperatur ISA+20, pesawat N219 di fase terbang jelajah menghasilkan nilai fuel flow yang lebih rendah sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi bahan bakar semakin lama sehingga pesawat N219 di fase terbang jelajah pada temperatur ISA+20 dapat mencapai range maksimum yang lebih jauh dibandingkan pada temperatur ISA 0. Range maksimum pada ketinggian 10 000 ft lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian sea level dan 5 000 ft. Hal ini disebabkan oleh pengaruh percepatan gravitasi yang semakin berkurang seiring dengan peningkatan ketinggian terbang. Selain itu massa jenis udara juga semakin rendah akibat peningkatan ketinggian terbang sehingga kecepatan untuk dapat menghasilkan range maksimum semakin meningkat. Hal ini menyebabkan fuel flow menjadi lebih rendah dan waktu yang dibutuhkan pesawat untuk mengkonsumsi bahan bakar menjadi lebih lama. Oleh karena itu range maksimum yang dapat dicapai oleh pesawat N219 pada fase terbang jelajah semakin meningkat seiring dengan peningkatan ketinggian terbang.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPesawat N219en_US
dc.subjectMetode Specific Air Rangeen_US
dc.subjectFase Terbang Jelajahen_US
dc.titleANALISIS RANGE MAKSIMUM PESAWAT N219 PADA FASE TERBANG JELAJAH MENGGUNAKAN METODE SPECIFIC AIR RANGEen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record