dc.description.abstract | Membran merupakan suatu selaput semipermeabel berupa lapisan tipis
yang berada diantara dua fasa dengan karakter berbeda. Salah satu kendala
pengembangan teknologi membran adalah bahan baku utama dalam fabrikasi
membran. Pemilihan limbah jaring benang nilon sebagai bahan baku pembuatan
membrane, karena bahan ini mudah diperoleh khususnya di kawasan pesisir
Pantai Puger, Kabupaten Jember. Nilon memiliki stabilitas termal dan kekuatan
mekanik yang baik jika berinteraksi dengan unsur karbon dibandingkan dengan
polimer lainnya. Unsur karbon pada arang dapat dibuat dari bahan baku ampas
tebu yang merupakan limbah pertanian organik dari hasil pengolahan gula tebu di
Pabrik Gula Semboro, Kabupaten Jember. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dilakukan sintesis membran komposit nilon-arang menggunakan bahan dari
limbah jaring benang nilon dan ampas tebu, sehingga diharapkan menjadi solusi
untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Sintesis membran komposit nilon-arang yang dihasilkan, kemudian
dilakukan karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah jaring benang nilon dan
ampas tebu pada sintesis membran komposit nilon-arang terhadap spektrum gugus
fungsi yang dihasilkan menggunakan karakterisasi FTIR. Kegiatan penelitian
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: tahap pembuatan arang aktif, tahap sintesis
membran, dan tahap karakterisasi membran. Secara umum tahap pembuatan arang
aktif ampas tebu terdiri dari proses karbonisasi dan proses aktivasi. Tahap sintesis
membran dilakukan dengan variasi fraksi massa arang aktif ampas tebu terhadap
limbah jaring benang nilon sebesar 7% (Sampel B1), 8% (Sampel B2), 10%
(Sampel B3) dan 11% (Sampel B4) serta membran nilon sebagai kontrol (Sampel
A). Sedangkan tahap karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR) digunakan
untuk mengetahui spektrum gugus fungsi.
Berdasarkan hasil karakterisasi FTIR, penambahan karbon dari arang aktif
ampas tebu menyebabkan pergeseran bilangan gelombang dan perubahan puncak
intensitas serapan dibandingkan dengan polimer aslinya (membran nilon Sampel
A). Intensitas serapan paling besar terjadi pada gugus fungsi primary amide C=O
stretching dari limbah jaring benang nilon, karena adanya tumpang tindih
(overlap) dengan gugus fungsi primary amide C=C stretching dari arang aktif
ampas tebu pada bilangan gelombang sekitar 1600 cm-1. Secara keseluruhan,
membran komposit nilon-arang dengan fraksi massa 7% memiliki intensitas
serapan yang paling besar dibandingkan dengan membran komposit nilon-arang
lainnya. Intensitas serapan yang paling besar menunujukkan bahwa membran | en_US |