Show simple item record

dc.contributor.advisorNasrul Ilminnafik
dc.contributor.advisorAhmad Syuhri
dc.contributor.authorFatoni, Achmad Rizal
dc.date.accessioned2018-04-19T03:08:50Z
dc.date.available2018-04-19T03:08:50Z
dc.date.issued2018-04-19
dc.identifier.nim141903101028
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85503
dc.description.abstractMobil listrik merupakan suatu kendaraan yang digerakkan dengan motor listrik, menggunakan energi listrik sebagi energi yang disimpan dalam baterai ataupun tempat penyimpanan energi lainnya. Mobil listrik sedikitnya booming pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, tapi kemudian popularitasnya meredup karena teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah. Krisisnya bahan bakar minyak pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan sedikit minat produsen kendaraan pada mobil-mobil listrik, tapi baru pada tahun 2000-an lah para produsen kendaraan menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik. Hal ini disebabkan karena harga minyak yang melambung tinggi pada tahun 2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan buruknya dampak emisi gas rumah kaca. (Daniel and Deborah Gordon, 2009). Pada setiap kendaraan bermotor pasti mengalami gaya rolling resistance biasanya di singkat dengan (RR), entah pada ban roda atau bantalan (bearing) yang ada didalam tromol (hub) roda. Rolling Resistance merupakan segala gaya luar yang berlawanan arah dengan arah geraknya roda atau benda yang menggelinding diatas suatu jalur. Rolling Resistance adalah tahanan terhadab roda yang akan dan telah menggelinding akibat dari adanya gaya gesekkan yang terjadi antara roda dengan permukaan jalannya roda (Mar’iy Muslih Muttaqin, 2015). Pada dasarnya, rolling resistance adalah momen yang digunakan roda untuk melawan arah gerakan, setara dengan gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda bergerak maju (H. Taghavifar, 2013). Rolling Resistance terjadi karena proses deformasi yang terjadi pada struktur ban, luasan kontak dan permukaan jalan. Namun dalam prakteknya, sulit untuk menganalisis parameter yang signifikan secara rinci karena mereka sangat berkorelasi, namun jumlah panas yang dihasilkan merupakan indikasi dari jumlah gaya perlawanan tersebut. (M. Juhala : 2014) Terdapat dua standar yang telah ditetapkan oleh Society of Automotive Engineering (SAE) dan International Organization for Standardization (ISO) untuk pengukuran rolling resistance, yaitu SAE J1269, SAE J2452 dan ISO 18164 : 2005, ISO 28580 : 2009. Dalam dunia industri otomotif dan ban sering menggunakan standar ini sebagai acuan untuk pengukuran rolling resistance. Selain itu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya rolling resistance antara lain : a. Keadaan dari suatu jalur, yaitu kekerasan dan kemulusan dari permukaannya, dimana semakin mulus permukaan jalanya maka semakin kecil pula nilai rolling resistance dan berlaku sebaliknya. b. Luasan kontak bearing atau roda terhadap permukaan jalur yang mengalami gesekan dengan permukaan jalurnya. c. Massa atau berat beban dari bearing itu sendiri yang menyebabkan gesekan semakin besar. d. Diameter bearing juga mempengaruhi besar kecilnya nilai dari rolling resistance nya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectMobil listriken_US
dc.subjectRolling Resistanceen_US
dc.titleRANCANG BANGUN ALAT UJI BANTALAN (OUTTER BEARING) UNTUK MENGETAHUI NILAI ROLLING RESISTANCE PADA MOBIL LISTRIK TITEN (BAGIAN DINAMIS)en_US
dc.typeDiploma Reporten_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record