dc.description.abstract | Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang dimulai antara usia 11 sampai dengan 20 tahun.. Rangkaian
perubahan yang paling jelas pada masa remaja adalah perubahan biologis dan
fisiologis, hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin yang
membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks
sekunder. Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah perubahan
emosionalitas remaja. Pengaruh-pengaruh sosial yang juga berubah, seperti
tekanan dari teman sebaya, media masa dan minat pada lawan jenis.
Masa remaja merupakan periode saat ketegangan emosi meninggi karena
remaja berada di bawah tekanan sosial. Gejala-gejala emosional seperti rasa
kecewa, marah, takut, bangga, malu, cinta, benci, harapan dan rasa putus asa.
Gejala-gejala yang muncul secara terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan
penyesuaian diri pada remaja, serta kondisi remaja yang stres terus menerus
karena ketidakmampuan diri menyelesaikan masalahnya dapat menyebabkan
depresi. Tempat tinggal merupakan bagian dari lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa remaja, lingkungan sangat mempengaruhi
perilaku remaja terutama dalam interaksi sosial agar mendapat pengakuan dari
lingkungannya.
Remaja yang berada di pondok pesantren (santri) akan lepas dari
lingkungan sosial sebelumnya dan memasuki lingkungan yang baru, serta dituntut
untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang sebelumnya tidak dikenal.
Depresi merupakan kemarahan yang diarahkan pada diri sendiri sebagai bagian
dari emosi yang bersifat merusak. Aturan dan norma yang ada di pondok
pesantren terkadang membuat santri mengalami tekanan secara psikologis, akibat
adanya ketidaksesuaian norma yang berlaku sebelumnya di keluarga yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengatasi kehidupannya.
Keadaan yang memicu terjadinya depresi bukan hanya terjadi ketika
remaja berpisah dengan keluarga, remaja yang bertempat tinggal di rumah juga
menjadi kelompok yang berisiko mengalami depresi. Gaya pengasuhan orang tua
yang tidak sesuai dengan tahap tumbuh kembang remaja, orang tua yang sering
bertengkar akan menghambat komunikasi dengan anak, hubungan perceraian,
kematian orang yang dicintai dan keluarga dengan keadaan ekonomi kurang juga
dapat mengganggu perkembangan jiwa remaja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi
remaja MA Al-Qodiri yang tinggal di rumah dan di pondok pesantren Al-Qodiri
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
adalah 168 remaja dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Sampel akhir
dalam penelitian ini adalah 42 remaja. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi
square dalam membedakan proporsi tingkat depresi remaja yang tinggal di rumah
dan di pondok pesantren.
Hasil analisis, diketahui bahwa dari 21 responden remaja MA Al-Qodiri
yang tinggal di rumah dengan persentase tingkat depresi minimal sebanyak 38%
(16 remaja), remaja dengan tingkat depresi ringan 7% (3 remaja), dan remaja
dengan tingkat depresi sedang-berat 5% (2 remaja). Pada remaja MA Al-Qodiri
yang menetap di pondok pesantren mengalami depresi minimal sebesar 19% (8
remaja), 16% (7 remaja) dengan depresi ringan dan 14% (6 remaja) masuk dalam
kategori tingkat depresi sedang sampai berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0,044 yang berarti p < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
tingkat depresi remaja MA Al-Qodiri yang bertempat tinggal di rumah dan yang
menetap di pondok pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Saran penelitian bagi pondok pesantren agar memperhatikan kesehatan santri,
baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. | en_US |