dc.description.abstract | Salah satu TPA yang ada di Jember adalah TPA Pakusari. TPA ini terletak
di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember yang memiliki luas sekitar 6,8 hektar.
Layanan TPA ini mencakup seluruh sampah yang ada di dalam kota dan
sekitarnya, khususnya di tiga wilayah kecamatan kota yaitu Patrang, Sumbersari,
dan Kaliwates. Sampah yang dibuang di TPA Pakusari kebanyakan adalah
sampah organik yang berasal dari pasar-pasar dan sampah rumah tangga. Hal ini
menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang
dapat mencemari air tanah. Sistem pemrosesan sampah pada TPA ini
menggunakan metode open dumping-landfill. Metode open dumping-landfill
merupakan metode yang hanya menimbun sampah tanpa ada perlakuan khusus
sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Lindi yang
dihasilkan dari TPA ini akan merembes ke sekitar saluran air yang berada di
bawah permukaan tanah sehingga dapat mengakibatkan pencemaran tanah. Lindi
tersebut berpotensi menyebabkan pencemaran air tanah maupun permukaan
sehingga perlu ditangani dengan baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mendeteksi
kondisi bawah permukaan di 3 lokasi yaitu, lokasi sampah baru (pusat
pembuangan sampah), lokasi pembuangan sampah yang sudah mengalami
pembusukan dan lokasi pembuangan sampah yang sudah tidak digunakan.
Pemilihan lokasi tersebut diambil dengan harapan di lokasi sampah baru yang
merupakan pusat pembuangan sampah akan menunjukkan akumulasi lindi
tertinggi. Lokasi kedua merupakan lokasi pembuangan sampah yang sudah
mengalami pembusukan. Hasil yang diharapkan adanya gas metana yang
bervariasi bergantung pada karakteristik sampah dan kondisi di landfill tersebut.
Lokasi ketiga adalah lokasi pembuangan sampah yang tidak dipakai lagi. Hasil
yang diharapkan akan menunjukkan keberadaan anomali konduktif sebagai
indikator keberadaan lindi lebih sedikit dibandingkan keberadaan gas metana.
Kondisi bawah permukaan di TPA Pakusari akan diidentifikasi dengan
metode geolistrik Wenner-Schlumberger dengan memasang 4 elektroda yang
dihubungkan dengan resistivity meter. Sedangkan penentuan lintasan dilakukan
dengan mengambil titik titik lintasan sepanjang 54 m untuk kondisi sampah baru
(pusat pembuangan sampah), 42 m untuk lokasi pembuangan sampah yang sudah
mengalami pembusukan dan 60 m untuk lokasi pembuangan sampah yang tidak
digunakan lagi. Parameter yang didapatkan berupa kuat arus (mA), tegangan
(mV) dan spasi (m). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software
Res2Dinv. Data yang dimasukkan ke software tersebut berupa resistansi, spasi dan
nilai resistivitas semu yang akan menghasilkan gambar struktur bawah
permukaan tanah yang diwakili oleh citra warna yang berbeda. Hasil citra
resistivitas tersebut digunakan untuk mengidentifikasi adanya akumulasi lindi dan
gas metana dengan mengacu pada tabel resistivitas batuan dan mineral. Anomali
yang diharapkan pada penelitian ini adalah nilai resistivitas rendah yang
menunjukkan keberadaan polutan sampah yang diasumsikan sebagai fluida
konduktif (lindi) sedangkan akumulasi yang diduga sebagai gas metana berada di
lokasi yang berdekatan dengan lindi. Akumulasi gas metana memiliki kontras
nilai resistivitas yang signifikan jika dibandingkan pada titik pengukuran lain.
Dari hasil inversi data resistivitas diperoleh hasil pada lokasi sampah baru
(pusat pembuangan sampah), letak akumulasi lindi terlihat dari titik awal
pengukuran sampai akhir pengukuran. Pada lintasan 1 didapatkan nilai resistivitas
0.750 - 6.81 Ωm. Pada lintasan 2 didapatkan nilai resistivitas 0.387 – 3.69 Ωm.
Akumulasi gas metana memiliki kontras nilai yang signifikan dan berada di lokasi
yang berdekatan dengan lindi dengan nilai resistivitas 61.6 – 128 Ωm di lintasan 1
dan 35.2 – 74.7 Ωm di lintasan 2. Pada lokasi pembuangan sampah yang sudah
mengalami pembusukan akumulasi lindi bisa dikatakan mendominasi yang
disebabkan lokasi ini sampah sudah mengalami dekomposisi secara alami dan
akibat masuknya air eksternal ke dalam tanah akan menghasilkan akumulasi lindi
yang menyebar dari awal sampai akhir lintasan pengukuran sedangkan gas
metana terlihat di bawah permukaan karena perubahan kondisi lokasi penelitian
dari sistem open dumping ke control landfill sehingga akumulasi gas metana
berada di bawah permukaan dengan nilai resistivitas 31.7 – 6685 Ωm dengan
kedalaman 5.56–7.46 m. Pada lokasi 3 pembuangan sampah yang tidak digunakan
lagi didapatkan akumulasi lindi dengan nilai resistivitas 0.0866 – 9.30 Ωm
sedangkan akumulasi gas metana berada di sebagian kecil titik pengukuran
dengan nilai resistivitas 58.7 – 381 Ωm karena pada lokasi ini sudah tertutup
dengan tanah sehingga menyebabkan degradasi anaerob tidak berlangsung dan
tidak menghasilkan senyawa organik seperti gas metana. | en_US |