dc.description.abstract | Layanan telekomunikasi bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat di era globalisasi ini. Beragam layanan komunikasi juga disediakan oleh provider untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin hari semakin beragam. Salah satu layanan yang semakin banyak peminatnya yaitu layanan triple play yang disediakan oleh PT. Telkom Indonesia. Triple play adalah layanan yang diberikan operator telekomunikasi bagi pelanggan rumah berupa langganan TV kabel, telepon rumah, dan akses internet. Dengan hanya menggunakan satu jaringan kabel fiber optik pelanggan sudah bisa menikmati tiga layanan sekaligus. Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan layanan triple play, dengan lokasi dan jarak yang semakin beragam, seringkali terjadi gangguan pada pelanggan yang memiliki jarak yang cukup jauh dari sentral seperti yang terjadi pada pelanggan PT. Telkom Indonesia Witel Sidoarjo. Salah satu gangguan yang sering terjadi yaitu redaman yang besar pada proses transmisi sehingga menyebabkan nilai power link budget pelanggan mendekati batas minimal power link budget berdasarkan standart ITU-T dan standart yang digunakan oleh PT. Telkom Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan analisis optimasi pada jaringan menggunakan simulasi optisystem untuk meningkatkan nilai power link budget, Bit error rate dan kualitas jaringan dengan mengganti beberapa komponen pada jaringan tersebut. Untuk tahapan penelitiannya, pertama dilakukan analisa pengukuran yang dilakukan dilapangan secara langsung. Untuk melakukan optimasi jaringan dibutuhkan pula topologi jaringan dari provider hingga end user atau pelanggan. Pada tahap kedua, dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai power link budget dan rise time budget pelanggan yang kemudian dibandingkan dengan standart ITU dan standart yang berlaku. Dengan membangdingkan nilai tersebut diketahui bahwa pada pelanggan dengan jarak terjauh didapatkan nilai power link budget yang mendekati batas minimal standar yang berlaku. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan perancangan dengan optisystem sebelum dilakukan optimasi dan setelah dilakukan optimasi. Untuk optimasi yang diberikan yaitu dengan mengganti jumlah dan rasio splitter. Pada jaringan sebelum optimasi digunakan splitter dengan rasio 1:4 dan 1:8, kemudian digantikan dengan splitter 1:32 setelah optimasi. Dengan berkurangnya jumlah splitter yang digunakan maka jumlah konnektor yang digunakan juga berkurang sehingga redaman yang diberikan oleh konektor berkurang. Untuk parameter yang dibandingkan berdasarkan hasil simulasi yaitu power link budget, bit error rate, dan q factor. Dengan mengganti jumlah dan rasio splitter didapatkan nilai power link budget, dan BER yang semakin kecil serta Q Factor yang semakin besar, seperti pada pelanggan 12 didapatkan nilai power link budget yang semula sebesar -26,619 dBm meningkat menjadi -24,53 dBm, nilai BER sebelum optimasi sebesar 3.1 x 10-17 meningkat menjadi 1,4 x 10-41 serta nilai Q Factor semula 8,3 meningkat menjadi 13,44. Berdasarkan hasil perancangan optimasi yang dilakukan penulis pada software tersebut dapat disimpulkan bahwa jaringan lebih efektif ketika menggunakan satu buah splitter dengan rasio 1 :32 dibandingkan dua buah splitter dengan rasio 1 : 4 dan 1 : 8 seperti sebelumnya. | en_US |