Show simple item record

dc.contributor.advisorBambang Sugiharto
dc.contributor.advisorHardian Susilo Addy
dc.contributor.authorAZIZAH, NOVITA NISWATUN
dc.date.accessioned2017-10-06T02:12:02Z
dc.date.available2017-10-06T02:12:02Z
dc.date.issued2017-10-06
dc.identifier.nim121810401038
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81979
dc.description.abstractSugarcane Mosaic Virus (SCMV) merupakan salah satu virus yang menyerang tanaman tebu yang dapat menghambat fotosintesis, merusak tanaman, dan menurunkan hasil produksi yang signifikan (Alegria et al., 2002). Besarnya kerugian yang ditimbulkan menyebabkan perlunya langkah pengendalian untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya yaitu dengan melakukan diagnosa yang cepat dan tepat agar dapat segera dilakukan langkah pengendalian yang tepat. Diagnosa penyakit tebu diperlukan dalam menunjang peningkatan produksi tebu yang dapat menghasilkan panen optimal. Diagnosa yang lambat dan tidak tepat dapat menyebabkan ketidakefektifan yang menyebabkan rusaknya tanaman dan terbuangnya uang dan waktu (Kabashima, 1997). Salah satu cara yang cepat untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman yaitu dengan penggunaa kit detektor berbasis serologi seperti yang sudah ada yaitu pada Bean Yellow Mosaic Virus, Potato Virus Y, dan Plum Pox Virus(Dsmz, 2016). Uji serologi merupakan salah satu cara deteksi dan identifikasi suatu patogen dalam suatu inang yang memanfaatkan reaksi spesifik antara antigen dan antobodi (Crowther,1995). Keberhasilan dan ketelitian uji serologi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi virus sangat bergantung pada ketersediaaan pereaksi diagnostik seperti antibodi dengan kualitas yang baik (Kumari et.al.,2006). Untuk membuat antibodi dari suatu virus tumbuhan pada umumnya digunakan protein kapsid partikel virus (Temaja et.al.,2010). Melalui kloning gen penyandi protein kapsidSCMV telah dihasilkan protein rekombinan yang dapat digunakan sebagai imunogen untuk membuat antibodi rekombinan yang diinjeksikan kedalam tubuh hewan berdarah panas seperti kelinci. Dengan menggunakan uji serologis diharapkan akan mempunyai keunggulan proses maupun kualitasnya dibandingkan dengan pengamatan morfologis untuk mendeteksi gejala penyakit SCMV. Oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan antibodi sebagai upaya deteksi dini dan langkah awal pengendalian penyakitdilapang. Pembuatan antibodi dilakukan pada New Zealand White Rabbit menggunakan antigen protein rekombinan protein kapsid SCMV hasil overekspresi E. coli strain BL-21 yang telah disisipi vektor yang mengandung cDNA protein kapsid SCMV. Antigen dicampur dengan Freund’s adjuvant dan diimunisasi secara subkutan. Antibodi yang terbentuk digunakan untuk analisis molekuler tanaman seperti deteksi SCMV pada tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi poliklonal protein kapsid SCMV dapat mendeteksi antigendengan berat molekul 36 kDa – 46 kDa sampai dengan konsentrasi 0,01 μg pada rekombinan protein kapsid SCMV, sedangkan pada tanaman yang bergejala mosaik antibodi poliklonal protein kapsid SCMV dapat mendeteksi protein kapsid SCMV pada bagian supernatan dan pelet.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSugarcane Mosaic Virus (SCMV)en_US
dc.subjectProtein Kapsiden_US
dc.subjectAntibodi Poliklonalen_US
dc.titlePEMBUATAN ANTIBODI POLIKLONAL PROTEIN KAPSIDSUGARCANE MOSAIC VIRUS (SCMV) PADA HEWAN COBA KELINCIGALURNEW ZEALAND WHITEen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record