dc.description.abstract | Osteoartritis adalah suatu kelainan sendi kronis dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi. Menurut WHO (2010), kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria di antara semua kelompok umur (wanita 2,95 per 1000 penduduk dan pria 1,71 per 1000). Pada osteoartritis, mediator-mediator inflamasi ikut berperan penting dalam progresifitas penyakit. Salah satunya TNF-α yang merupakan sitokin yang disekresikan oleh makrofag. Adanya TNF-α pada sendi dikarenakan induksi CFA yang memicu kerusakan synovial membrane sehingga vaskularisasi dan infiltrasi selsel meningkat pada sel T CD4+, mengaktivasi makrofag, memproduksi sitokin TNFα dan terjadi inflamasi. Selain itu, faktor-faktor pro-inflamasi juga terinduksi dan dilepaskan ke dalam rongga sendi, seperti Nitric Oxide, IL-1b, dan TNF-α lalu menginduksi kondrosit dengan cara menempel pada reseptor di permukaan kondrosit dan menyebabkan transkripsi gen MMP sehingga produksi enzim meningkat. Akibatnya, sintesis matriks terhambat dan apoptosis sel meningkat. Ada beberapa para ahli menggunakan alternatif lain sebagai terapi osteoartritis yaitu dengan menggunakan minyak ikan lemuru. Minyak ikan lemuru memiliki kandungan EPA dan DHA yang dapat menurunkan mediator resorbsi tulang prostaglandin (PGE2) dan sitokin proinflamasi (IL-1α, IL-1β, TNF-α). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minyak ikan lemuru terhadap ekspresi TNF-α pada kartilago yang diinduksi oleh CFA. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Eksperimental dengan menggunakan The Randomized Post Test Only Kontrol Group Design, dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, di laboratorium Biokimia dan Parasit Fakultas Kedokteran Universitas Jember serta di laboratorium Patologi Anatomi dan Fisiologi Universitas Brawijaya. Sampel yang digunakan adalah tikus Sprague Dawley bewarna putih, jenis kelamin jantan dengan berat 200-300 gram dan berumur 3-5 bulan. Jumlah sampel adalah 24 ekor tikus yang terbagi kedalam 2 kelompok, yaitu: kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terbagi menjadi 3 sub kelompok berdasarkan lama pemberian minyak ikan lemuru yaitu kelompok 1 diberikan minyak ikan lemuru selama 7 hari, kelompok 2 selama 14 hari dan kelompok 3 selama 21 hari. Pada awalnya, semua kelompok diinduksi CFA dengan dosis 0,08 ml secara intra-artikular pada sendi tibiofemoral kaki kanan. Setelah 6 minggu pasca induksi CFA, kelompok perlakuan di berikan minyak ikan lemuru selama 7, 14 dan 21 hari, lalu di dekapitasi bersamaan dengan kelompok kontrol negatif berdasarkan waktu pemberian minyak ikan lemuru. Selanjutnya pengambilan dan pembuatan preparat jaringan sendi tibiofemoral serta pewarnaan Imunohistokimia dan pengamatan ekspresi TNF-α. Ekspresi TNF-α didapatkan dari skor histologi. Variabel bebas pada penelitian ini adalah lama pemberian minyak ikan lemuru dan variabel terikat adalah ekspresi TNF-α. Data berupa skor histologi ekspresi TNF-α diuji normalitasnya dengan uji Saphiro Wilk menunjukkan data terdistribusi normal (p>0,05), dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan Levene Test menunjukkan data memiliki varian sama (p>0,05) dan diuji One Way Anova dengan nilai sig 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan skor TNF-α yang bermakna pada kelompok yang dibandingkan yaitu antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan dalam tiap waktu 7 hari, 14 hari maupun 21 hari. Selain itu, perbandingan antara kelompok perlakuan dalam setiap waktu, diduga kelompok perlakuan yang diberikan minyak ikan lemuru selama 21 hari yang memiliki skor TNF-α paling kecil dibandingkan pada pemberian minyak ikan lemuru selama 7 hari dan 14 hari. Hal ini dikarenakan semakin lama pemberian minyak ikan lemuru maka akan semakin meningkat kadar EPA dan DHA dalam | en_US |