dc.description.abstract | Diabetes Mellitus (DM) ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(KGD) atau hiperglikemia,dapat meningkatkan interaksi antara glukosa dengan
molekul penyusun sel (protein, lemak). Interaksi ini menghasilkan produk modifikasi
advanced glycation end products (AGEs) yang menyebabkan komplikasi pasca
ekstraksi pada penderita DM. Terapi pencegahan dengan bahan sintetis memiliki
efek samping sehingga terjadi peningkatan minat masyarakat terhadap terapi bahan
alam. Jintan hitam (Nigella sativa L.) mengandung thymoquinone (Tq) yang bersifat
antidiabetik serta dapat menginduksi aktivitas anabolik sel osteoblas secara in-vitro.
Pemberian ekstrak Tq pada kondisi diabetes diduga efektif dalam proses pembentukan tulang soket gigi pasca ekstraksi.
Penelitian eksperimental laboratoris pada tikus Wistar jantan ini menggunakan
rancangan the post-test only control group. Sampel berjumlah 27 ekor, berat 150-260
gram, nilai KGD acak normal (<135 mg/dL) dan sehat. Induksi diabetes
menggunakan streptozotocin (STZ) dosis 50 mg/kg BB tikus yang diinjeksi secara intravena di ekor. Tikus dengan KGD acak ≥ 250 mg/dL dikategorikan positif DM,
dan dibagi menjadi kelompok P1 (ekstrak Tq; 80 mg/kg BB tikus), P2 (metformin;
100 mg/kg BB tikus) dan K (akuades). Tiap kelompok dibagi menjadi 3
subkelompok berdasarkan hari pengamatan yaitu hari ke-3, ke-7 dan ke-10 pasca
viii
ekstraksi (H-3, H-7 dan H-10); tiap subkelompok terdiri dari 3 sampel. Perlakuan
diberikan secara intragastrik sejak hari ke-1 positif DM. Hari ke-7 pasca perlakuan,
gigi molar kiri rahang bawah diekstraksi dan soket diperluas dengan contrangle
lowspeed round bur no.1 (5000 rpm/2 s). Perlakuan dilanjutkan sampai tikus
dieuthanasia dengan metode overinhalasi eter sesuai dengan pembagian harinya.
Pengukuran KGD tikus dilakukan sebelum dan sesudah induksi DM, sebelum
ekstraksi, dan sebelum dieuthanasia.
Pemrosesan jaringan dilakukan dengan metode paraffin embedding. Jaringan
dipotong secara vertikal dengan ketebalan 5 µm. Pewarnaan menggunakan metode Hematoxylin & Eosin dan Mallory’s Trichrome. Pengamatan dilakukan dengan
pembesaran 40x dan 1000x pada 1/3 apikal soket untuk mengamati blood clot (BC),
provisional matrix (PM), woven bone (WB)dan lamellar bone (LB). Data ditabulasi
dalam bentuk persentase, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata KGD subkelompok P1 H-10
mencapai nilai terendah meskipun masih di atas normal. Hasil pengamatan gambaran
HPA menunjukkan proses pembentukan tulang yang baik dan berkelanjutan pada
kelompok P1 yang dilihat dari bentukan PM (100%) di H-3, WB (33,3%) di H-7 dan
LB (100%) di H-10. Pada kelompok P2 terjadi keterlambatan proses pembentukan
tulang yang dilihat dari bentukan BC (33,3%) di H-3 dan H-7, dan LB (33,3%). Pada
kelompok K juga terjadi keterlambatan proses pembentukan tulang yang dilihat dari
bentukan BC (33,3%) di H-3, WB (66,7%) di H-7 dan WB (33,3%) di H-10. Hasil
ini menunjukkan proses pembentukan tulang yang lebih baik pada kelompok P1.
Kesimpulan penelitian ini yaitu pemberian ekstrak Tq efektif dalam proses
pembentukan tulang soket gigi pasca ekstraksi pada penderita diabetes melalui mekanisme penurunan KGD yang diduga melalui mekanisme regenerasi sel β
pankreas serta menekan glukoneogenesis. Penurunan KGD diduga menurunkan
produksi AGEs sehingga mencegah apoptosis osteoblas, serta pemberian Tq diduga
mampu menginduksi aktivitas anabolik osteoblas. | en_US |