dc.description.abstract | Korosi (dikenal dengan istilah pengkaratan) merupakan fenomena kimia yang
terjadi pada bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Jika dilihat dari
sudut pandang kimia, korosi merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
yang kontak langsung dengan lingkungan air dan oksigen. Proses korosi yang terjadi
secara alami sangat sulit dihindari, usaha yang dilakukan hanya dapat menghambat
laju korosi yang terjadi dengan cara melakukan pencegahan. Sejauh ini penggunaan
inhibitor merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah korosi,
karena biayanya yang relatif murah dan prosesnya yang sederhana. Inhibitor korosi
merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam medium untuk mencegah atau
menurunkan laju korosi logam dengan lingkungannya. Penelitian mengenai
penggunaan senyawa tanin sebagai inhibitor reaksi korosi baja dalam larutan garam
telah dilakukan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
senyawa tanin dapat menginhibisi reaksi korosi baja dalam larutan garam. Tanin di
permukaan baja akan menghambat reaksi korosi baja dengan cara membentuk
senyawa komplek dengan Fe(III). Senyawa komplek ini akan menghalangi serangan
ion korosif di permukaan baja. Adapun ion-ion korosif dalam laruran garam dapat
dalam bentuk ion-ion klorida. Tetapi penggunaan ekstrak bahan alam yang banyak
mengandung senyawa tanin untuk mengahambat laju reaksi korosi baja dalam larutan
garam belum pernah dilaporkan sebelumnya. Salah satu bahan alam yang
mengandung senyawa tanin adalah ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.)
viii
Pembuatan spesimen uji dilakukan di Laboratorium Desain dan Uji Bahan
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Jember. Untuk pembuatan
larutan inhibitor dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Farmasi Universitas
Jember. Sedangkan pengamatan struktur mikro dilakukan di Laboratorium Pengujian
bahan DTMI Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian
mulai bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2016. Variabel yang digunakan
adalah variasi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
dengan persentase 0 %, 2 %, 4 %, 6 %, dan 8 % Sedangkan parameter yang diamati
adalah kehilangan berat (weight loss), pengamatan visual dan struktur mikro.
Dari hasil analisa berupa grafik pada penelitian ini diketahui bahwa, Laju
korosi rata-rata pada pipa baja karbon A53 pada konsentrasi 0% adalah 4,7x10-5
mmpy, 2% adalah 2,5x10-5 mmpy, 4% adalah 3x10-5 mmpy, 6% adalah 2,5x10-5
mmpy, dan 8% adalah 2,1x10-5 mmpy. Nilai efisiensi dari inhibitor ekstrak daun
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) setelah perendaman selama 40 hari pada
konsentrasi 2% sebesar 44,8903%, 4% sebesar 32,2639%, 6% sebesar 46,2989%, dan
8% sebesar 52,1581%. Sehingga rata-rata efisiensi inhibitor ekstrak daun belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Setelah perendaman selama 40 hari sebesar 43,9028%.
Sehingga variasi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh berpengaruh terhadap
laju korosi pipa baja karbon A53. Sedangkan untuk pengamatan struktur makro dan
mikro terdapat bentuk bercak coklat kehitaman. Bercak coklat kehitaman ini
kemungkinan adalah endapan dari senyawa kompleks dengan Fe(III) dipermukaan
logam. Senyawa inilah yang nantinya akan membentuk filming corrosion
inhibitor yang akan melindungi permukaan pipa karbon A53 terhadap serangan
korosi. | en_US |