dc.description.abstract | Emas merupakan salah satu mineral alam yang memiliki nilai jual tinggi
oleh karena itu logam ini sering dieksploitasi secara besar besaran. Keberadaan
emas di alam umumnya terikat dengan mineral pembawa sehingga dibutuhkan
suatu teknik pemisahan emas yang efektif untuk memperoleh emas dalam jumlah
banyak. Metode isolasi emas yang saat ini umum digunakan adalah metode
sianidasi dan amalgamasi, tetapi metode tersebut memiliki dampak yang
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Metode lain yang lebih ramah
lingkungan yakni menggunakan pelarut tiourea dan tiosulfat. Kemampuan
keduanya mengekstrak emas berhubungan dengan pembentukan kompleks antara
pelarut tersebut dengan logam emas. Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui
komposisi larutan leaching yang paling baik sehingga proses ekstraksi emas dapat
memperoleh hasil yang optimum; (2) membandingkan efektivitas kedua pelarut
dalam mengekstraksi emas. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah
jumlah penambahan volume oksidator pada larutan tiourea maupun tiosulfat.
Proses ekstraksi batuan yang mengandung emas pada penelitian ini dilakukan
dengan dua pelarut yang berbeda yakni tiourea dan tiosulfat. Proses ekstraksi
emas dengan pelarut leaching tiourea dilakukan pada pH 2 dengan konsentrasi
oksidator FeCl3 5 g/L dan konsentrasi tiourea 10 g/L (100 mL). Proses ekstraksi
emas dengan pelarut tiosulfat dilakukan pada pH 10 dan suhu 70o C dengan
konsentrasi oksidator CuSO4 0,03 M dan natrium tiosulfat 0,3 M (100 mL).
Penelitian dilakukan dengan mengkaji pengaruh variasi volume oksidator (10 mL,
20 mL, 30 mL dan 40 mL) terhadap jumlah emas yang terekstrak. Waktu kontak
batuan dengan masing-masing larutan leaching adalah 6 jam. Filtrat yang
diperoleh setelah proses ekstraksi kemudian diuji kualitatif dengan cara scanning
panjang gelombang menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan dilakukan uji
kuantitatif dengan mengukur emas yang terekstrak menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Emas yang terekstrak oleh masing
masing pelarut leaching diukur persen efektivitasnya dengan cara
membandingkan jumlah emas yang terekstrak dengan jumlah emas mula mula
dalam batuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses ekstraksi emas dengan
pelarut tiourea, penambahan volume oksidator FeCl3 sebanyak 10 hingga 30 mL
dapat meningkatkan jumlah emas yang terekstrak namun jumlah ini menurun saat
penambahan 40 mL larutan oksidator. Semakin banyak volume oksidator yang
ditambahkan akan mempengaruhi jumlah sulfur dalam sistem. Keberadaan sulfur
yang semakin banyak akan menyebabkan pembentukan kompleks emas-tiourea
terganggu. Pembentukan kompleks emas-tiourea ditunjukkan dengan pergeseran
panjang gelombang maksimal tiourea dari 235,8 nm ke 235,2 nm.
Hasil ekstraksi emas menggunakan pelarut tiosulfat menunjukkan bahwa
emas yang terekstrak meningkat dengan penambahan volume oksidator CuSO4
sebanyak 10 hingga 20 mL dan mulai mengalami penurunan ketika volume
oksidator ditambah 30 hingga 40 mL. Semakin Tinggi konsentrasi Cu2+ dalam
larutan leaching akan memicu oksidasi tiosulfat menjadi tetrationat. Hilangnya
tiosulfat karena telah terkonversi menjadi tetrationat akan menyebabkan jumlah
tiosulfat dalam sistem terbatas dan mempengaruhi pembentukan kompleks emastiosulfat.
Secara kualitatif pembentukan kompleks emas-tiosulfat tersebut
dibuktikan dengan bergesernya panjang gelombang maksimal dari pelarut natrium
tiosulfat yakni dari 215,2 nm ke 213,1 nm. | en_US |