Show simple item record

dc.contributor.advisorKOESOEMAWATI, RR Dewi Junita
dc.contributor.advisorHASANUDDIN, Akhmad
dc.contributor.authorANTO, Agus Dwy
dc.date.accessioned2017-01-11T03:41:05Z
dc.date.available2017-01-11T03:41:05Z
dc.date.issued2017-01-11
dc.identifier.nimNIM121910301016
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78450
dc.description.abstractKondisi Bandara saat ini memiliki panjang runway 1800 meter mampu melayani pergerakan pesawat jenis ATR 72-600 dari maskapai Garuda Indonesia, tetapi seiring berkembangnya waktu, jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari terus mengalami lonjakan sejak beroperasi. Penumpangnya mengalami peningkatan signifikan sampai 1.308 % dari hanya 7.826 penumpang pada tahun 2011 menjadi 100.105 penumpang pada tahun 2015, Sehingga membuat pelayanan bandara semakin ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan untuk fasilitas bandara terutama penambahan panjang runway, kebutuhan taxiway, dan luas apron. Pengembangan harus sesuai dengan standar yang berlaku. Untuk itulah perlu diadakan rencana pengembangan dengan Manual Of Standards (MOS) yang dikeluarkan oleh Direktorat jendral Perhubungan Udara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi ditinjau dari sisi udara dan mengetahui rencana pengembangan Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan MOS Aerodrome bagian 139. Penelitian dilakukan di Bandar Udara Blimbingsari yang terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan rogojampi Kabupaten Banyuwangi dengan pesawat rencana adalah E-195 dan Boeing 737-400 untuk penerbangan domestik. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa kebutuhan panjang aktual runway untuk memenuhi kebutuhan take off dan landing pesawat untuk pengembangan fase 1 adalah 2.597 meter untuk pesawat rencana E-195, Sedangkan panjang runway untuk fase 2 adalah 3.027 meter untuk pesawat rencana B737-400 dengan lebar runway 45 meter. Untuk pengembangan panjang taxiway untuk pesawat rencana adalah sebesar 152,5 meter dari kondisi eksisting panjang taxiway 73 meter, sedangkan panjang taxiway lebar taxiway adalah 14,94 meter, lebar minimum untuk bagian lurus taxiway kode c adalah 18 meter, dengan lebar kondisi eksisting taxiway sebesar 18 meter maka lebar tersebut sudah memenuhi pesawat rencana tersebut. Kebutuhan apron untuk pengembangan fase 1 adalah 138,1 x 76,65 meter untuk pesawat E-195 sedangakan 275,4 × 76,65 meter untuk pesawat rencana B737-400 dengan kondisi eksisting dimensi 120 × 40 meter maka perlu dilakukan pengembangan apron. Fasilitas alat bantu pendaratan yang dimiliki oleh Bandar Udara Blimbingsari adalah runway side marking, threshold marking, aming point marking, runway designation marking, touchdown marking marka taxi guideline, dan taxiway edge marking. Dari hasil pengembangan didapatkan jarak aming point marking, touchdown marking perlu dilakukan perbaikan. Standar pengoperasian suatu aerodrome pelu dilaksanakan untuk keamanan dan keselamatan penerbangan, selain fasilitas alat bantu pendaratan yang harus memadai, suatu aerodrome harus juga memiliki penerangan yang memadai.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries121910301016;
dc.subjectBANDAR UDARA BLIMBINGSARIen_US
dc.titlePENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDAR UDARA BLIMBINGSARI KABUPATEN BANYUWANGI MENURUT STANDAR MANUAL AERODROME BAGIAN 139en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record