ANALISIS PIDATO SAMBUTAN PADA RESEPSI PERNIKAHAN ISLAM MASYARAKAT JAWA DI KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN
Abstract
Pidato sambutan merupakan salah satu bagian dalam acara resepsi
pernikahan masyarakat Jawa. Pidato sambutan terdiri atas dua jenis yaitu pidato
pasrah pinanganten dan pidato panampi. Tiap-tiap pidato disampaikan oleh orator
dari pihak pemilik hajat dan besan dengan latarbelakang sosiokultural dan strategi
penyampaian pidato yang berbeda. Penelitian ini membahas struktur, kohesi dan
koherensi, intertekstualitas, diksi dan gaya bahasa, dan tindak tutur yang dikaji
dalam analisis wacana, sehingga mampu mengungkap makna dan tujuan orator
saat berpidato.
Data penelitian ini berasal dari tuturan lisan orator yang ditranskrupsi
menjadi teks pidato pasrah pinanganten dan panampi dalam resepsi pernikahan
mantu maupun ngundhuh mantu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptifkualitatif.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (1) tahap penyediaan
data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Metode
yang digunakan dalam tahap pengumpulan data, yaitu metode simak terhadap
tuturan orator pidato sambutan dengan teknik dasar sadap diikuti teknik lanjutan
SBLC, teknik catat, dan teknik rekam. Tahap analisis data menggunakan metode
padan dan metode agih. Metode padan dalam penelitian ini adalah metode padan
pragmatik dan metode ortografis. Metode agih dalam penelitian ini adalah metode
agih dengan teknik dasar teknik BUL diikuti teknik lanjutan teknik balik, teknik
sisip, dan teknik ganti. Tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode
informal berupa perumusan kata-kata biasa.
Dilihat dari struktur, pidato sambutan memiliki variasi yang mencakup
kelengkapan bagian dan isi setiap bagian tersebut bergantung jenis pidatonya.
Pidato pasrah pinangaten memiliki keunikan pada variasi isi berupa penyerahan
srah-srahan, deskripsi isi srah-srahan, pesan atau nasehat kepada kedua mempelai. Pidato panampi berisi ucapan terima kasih atas srah-srahan, pesan,
dan doa. Penyampaian pesan dan doa umumnya diletakkan pada bagian tersendiri
di luar kedua pidato tersebut. Namun, penyampaian pesan dan doa dalam pidato
sambutan di Bangil disampaikan pada bagian inti pidato pasrah pinanganten dan
panampi. Pidato pasrah pinanganten mempunyai struktur lengkap, yaitu bagian
pembukaan, inti, dan penutup. Setiap bagian digunakan bahasa-bahasa yang
berbeda. Bahasa yang digunakan dalam pidato-pidato tersebut mencakup empat
bahasa, yaitu BJSP, BA, BJ, dan BI. Pidato panampi mempunyai dua macam
struktur, yaitu struktur lengkap dan struktur tidak lengkap. Variasi dalam struktur
ini membuktikan bahwa dalam pidato ini bergantung latar belakang sosiokultural
orator.
Dilihat dari aspek kohesi dan koherensi, pidato sambutan ini merupakan
wacana yang kohesif dan koheren. Kekohesifan ini merujuk pada kohesi leksikal
dan gramatikal yang digunakan. Kohesi leksikal yang seringkali digunakan dalam
pidato ini yaitu repetisi dan antonim, sedangkan unsur kohesi leksikal lain seperti
sinonim dan ekuivalensi tidak banyak digunakan. Kohesi gramatikal yang
seringkali digunakan meliputi (1) konjungsi yang berupa piranti sebab, hasil,
pertentangan, konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, harapan, urutan, perlawanan,
pengandaian, waktu, syarat, dan cara, dan (2) referensi yang berupa persona,
demonstratif, dan penanya. Koherensi yang digunakan yaitu (1) hubungan sebabakibat,
(2) sarana-hasil, (3) syarat-hasil, dan (4) perbandingan. Dalam pidato ini
terdapat hubungan dialogis atau intertekstualitas, yaitu antara teks pidato pasrah
pinanganten dengan pidato panampi. Dalam pidato pasrah pinanganten terdapat
beberapa kalimat yang merujuk pidato selanjutnya yaitu pidato panampi.
Sebaliknya, dalam pidato panampi terdapat pengulangan informasi yang
disampaikan orator pasrah pinanganten. Berdasarkan diksi yang digunakan
orator, pidato sambutan ini cenderung dominan menggunakan diksi konotatif,
denotatif, tembung saroja, dan idiom. Gaya bahasa yang digunakan lebih banyak
menggunakan gaya bahasa perlawanan dan perulangan. Dilihat dari penggunaan
tindak tutur, pidato ini lebih banyak menggunakan tindak direktif dan ekspresif,
daripada tindak komisif, tindak representatif, dan tindak deklaratif.