dc.description.abstract | Pemerataan pendidikan yang diprogramkan sejak dulu belum tercapai, karena di Kec. Arjasa masih ada putus sekolah. Pertanyaannya, mengapa masih ada putus sekolah? Perlu dicari tahu alasan masyarakat tidak bisa menjalani wajib belajar. Permasalahan penelitian ini adalah apakah penyebab putus sekolah pada anak usia pendidikan dasar di Kec. Arjasa tahun 2013-2015 ditinjau dari perspektif etnosains, dan bagaimana cara mengatasinya? Tujuan penelitian ini mengeksplorasi dan mendeskripsikan penyebab putus sekolah pada anak usia pendidikan dasar di Kec Arjasa dari sudut pandang etnosains serta memberikan rekomendasi alternatif pemecahannya. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh desa dengan responden 15 orang. Metode pengambilan data adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Pengambilan data untuk dianalisis berlangsung tanggal 2-12 April 2016. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. Hasil analisis mengungkapkan, alasan anak berhenti bersekolah adalah ketidakcocokan siswa dengan sekolah, difabelitas, dropout, dan kurangnya pengawasan orangtua. Alasan orangtua tidak menyekolahkan anak karena rendahnya motivasi anak dan penghasilan orangtua rendah. 50% responden memandang anak berhenti sekolah karena bersekolahnya sudah cukup dan saatnya bekerja, 17% berpendapat karena akan dinikahkan, dan 33% sisanya berpendapat dengan bersekolah belum tentu mendapat pekerjaan yang diinginkan. Kesimpulannya adalah bahwa penyebab putus sekolah menurut perspektif etnosains di lokasi penelitian adalah: ketidakcocokan anak dengan sekolah, anggapan bahwa anak sudah memasuki usia kerja, memprioritaskan kepentingan, pernikahan dini, dan kentalnya orientasi “kebendaan” di masyarakat. Cara mengatasi putus sekolah adalah sosialisasi kepada orangtua/masyarakat dan pemberian bantuan. Adapun cara mengelola anak yang sudah putus sekolah, adalah pengajaran teman sebaya, SMP Terbuka, kejar paket, pelatihan karir, dan memberdayakan orang yang dituakan. | en_US |