dc.description.abstract | Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sampai saat ini sangat
memprihatinkan. Prevalensi penyakit karies gigi terus meningkat setiap tahunnya,
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 terdapat 53,2%
masyarakat Indonesia yang merupakan penderita karies gigi. Permasalahan gigi
dan mulut juga terjadi pada anak-anak, tahun 2013 pada kelompok umur 5-9 tahun
dan 10-14 tahun sebesar 28,9% dan 25,2%. Terjadi peningkatan permasalahan
dibandingkan Riskesdas 2007 yang hanya sebesar 21,6% dan 20,6%. Karies gigi
adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral enamel
akibat terganggunya keseimbangan antara enamel, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik. Terganggunya keseimbangan antara
enamel, dentin dan sementum disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
menyebabkan suatu kavitas. Keterlambatan penanganan dapat mengakibatkan rasa
sakit dan terganggunya fungsi pengunyahan, fungsi bicara, estetika serta menjadi
fokus infeksi. Keadaan tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun
dapat pula terjadi pada anak-anak. Penelitian pendahuluan oleh Riskesdas hanya
bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit karies gigi di masyarakat namun
tidak menjelaskan mengenai gigi yang masih dapat dilakukan perawatan restorasi.
Untuk menghindari terjadinya hal yang sangat merugikan sebaiknya penelitian
kebutuhan perawatan restorasi pada gigi sulung berdasarkan usia dan jenis
kelamin segera dilakukan.
Indikator karies gigi yang digunakan berupa prevalensi karies gigi.
Prevalensi karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah karies gigi
sekelompok orang pada tempat tertentu dan waktu tertentu. Penelitian ini
dilakukan dengan pengamatan karies gigi pada reponden untuk mendapatkan data
kebutuhan perawatan restorasi gigi sulung berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Hasil penelitian pada 111 responden anak dengan usia 5-9 tahun
menunjukkan bahwa pasien anak dengan kelompok usia 7 tahun yang berkunjung
ke Klinik Pedodonsia Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Jember Periode
September-November 2015 memiliki kebutuhan perawatan yang tertinggi, yakni
sebesar 43,25%; usia 9 tahun 6,3%; usia 6 tahun 14,41%; usia 8 tahun 30,64%;
sedangkan kebutuhan perawatan terendah merupakan responden dengan
kelompok usia 5 tahun sebesar 5,4%. Berdasarkan jenis kelamin presentase
kebutuhan perawatan restorasi pada responden laki-laki sebanyak 53,16% dan
responden perempuan sebanyak 46,84%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kebutuhan perawatan restorasi berdasarkan usia tertinggi didapatkan pada anak
usia 7 tahun sebanyak 43,25%, sedangkan yang terendah pada anak usia 5 tahun
sebanyak 5,4%. kebutuhan perawatan restorasi berdasarkan jenis kelamin pada
pasien anak laki-laki sebesar 53,16% lebih tinggi dibandingkan pada pasien anak
perempuan sebesar 46,84%. | en_US |