IDENTIFIKASI LESI ATEROSKLEROSIS KAROTIS PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI Candida albicans INTRAVENA
Abstract
Penelitian eksperimental laboratoris pada tikus wistar jantan (Rattus
norvegicus) ini menggunakan rancangan the post test only control group design.
Sampel penelitian adalah 12 ekor tikus wistar jantan, dengan kriteria tikus umur 3-4
bulan dan dalam keadaan sehat. Kelompok penelitian terdiri dari 3 kelompok
(masing-masing terdiri dari 4 tikus), yaitu kelompok K (kelompok kontrol),
kelompok Candida 1 (C 1), diinjeksi 0,2 ml C. albicans hidup dengan konsentrasi
10-10CFU/ml yang diencerkan di larutan salin, dan kelompok Candida 2 (C 2)
diinjeksi 0,2 ml C. albicans hidup dengan konsentrasi 10-12CFU/ml yang
diencerkan di larutan salin).
Penelitian dimulai dari tahap adaptasi tikus selama 1 minggu dan persiapan
alat dan bahan. Kelompok Candida 1 diinjeksikan 0,2 ml C. albicans hidup dengan
konsentrasi 10-10CFU/ml di larutan salin, sedangkan kelompok Candida 2
diinjeksikan 0,2 ml C. albicans hidup dengan konsentrasi 10-12CFU/ml di larutan
salin. Kelompok Candida 1 dan 2 diinjeksi C. albicans sebanyak 5 kali secara
intravena pada vena ekor (vena lateral), yaitu pada hari ke-1, ke-4, ke-9, dan ke-16,
dan ke-23. Frekuensi injeksi bakteri tersebut untuk membentuk infeksi kronis pada
hewan coba. Pada hari ke-29, hewan coba dikorbankan untuk diambil lehernya yang
mengandung arteri karotis komunis bagian bifurkasi yang bercabang menjadi arteri
karotis interna dan arteri karotis eksterna. Jaringan difiksasi dengan formalin 10%
yang dicampur dengan larutan PBS dengan perbandingan 1:9, kemudian diproses
dengan metode frozen section untuk membuat preparat histologi dengan pengecatan
Picrosirius Red, untuk pengamatan ketebalan dinding arteri karotis, disintegrasi
kolagen intimal, ateroma serta stenosis, dan pengecatan Sudan IV untuk pengamatan
denudasi endotel, deposisi lipid dan fatty streak.
Tahap pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dan optilab dengan
pembesaran 400x dan 1000x. Parameter aterosklerosis yang diamati adalah penebalan
dinding arteri karotis, disintegrasi kolagen intimal, ateroma, stenosis, denudasi
endotel, deposisi lipid, dan fatty streak. Data morfologi disintegrasi kolagen intimal,
ateroma, stenosis, denudasi endotel, deposisi lipid, dan fatty streak dianalisis dengan
uji Kruskal-Wallis dan Mann-Withney, sedangkan ketebalan dinding arteri analisis
dengan uji One Way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan dinding arteri karotis kelompok Candida lebih
tebal dibandingkan kelompok kontrol, namun hasil analisis data menunjukkan bahwa
hasil tidak signifikan (p>0,05). Hasil analisis data pada disintegritas kolagen intimal,
denudasi endotel, deposisi lipid dan fatty streak tidak signifikan (p>0,05), sedangkan
perolehan hasil analisis data secara signifikan (p<0,05) ditemukan pada parameter
ateroma dan stenosis.
Aterosklerosis merupakan kondisi penebalan dinding pembuluh darah sebagai
hasil proses inflamasi. Candida albicans memiliki kemampuan untuk menginduksi
terjadinya inflamasi vaskuler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi
C.albicans meningkatkan ketebalan dinding arteri, disintegrasi kolagen, deposisi
lipid, fatty streak, ateroma, stenosis dan denudasi endotel pada arteri karotis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa C. albicans secara intravena berpotensi menginduksi aterosklerosis karotis.
Pada penelitian selanjutnya perlu dilengkapi dengan mengukur tingkat keparahan
infeksi C. albicans, derajat inflamasi sistemik, dan derajat bakterimia yang terjadi
pada model tikus kandidiasis sistemik.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]