Show simple item record

dc.contributor.advisorDafik
dc.contributor.advisorKusno
dc.contributor.authorPURNOMO, Suryo
dc.date.accessioned2016-08-11T08:22:40Z
dc.date.available2016-08-11T08:22:40Z
dc.date.issued2016-08-11
dc.date.submitted
dc.identifier.nim140220101007
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76398
dc.description.abstractSalah satu assesmen berskala internasional yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kemampuan matematika siswa yaitu hasil studi PISA. PISA (Program for International Student Assessment) adalah studi tentang program penilaian siswa tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) atau organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan. PISA bertujuan untuk menilai sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar (siswa berusia 15 tahun) telah menguasai pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang membangun dan bertanggungjawab. Indonesia telah berpartisipasi dalam Programme for International Student Assessment (PISA) ini sejak tahun 2003, namun pencapaian prestasi Indonesia pada studi PISA masih jauh dari predikat memuaskan. Pada tahun 2012, Indonesia berada di rangking 64 dari 65 negara. Rata-rata skor matematika Indonesia 375, padahal rata-rata skor OECD untuk literasi matematika adalah 494. Soal PISA dikembangkan berdasarkan 4 konten, keempat konten tersebut meliputi: Space and Shape, Change and Relationship, Quantity, dan Uncertainty. Salah satu dari empat konten soal PISA adalah konten Space and Shape (ruang dan bentuk). Ruang dan bentuk berkaitan dengan pelajaran geometri. Soal tentang ruang dan bentuk ini menguji kemampuan siswa mengenali bentuk, mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk, serta mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda tersebut. (OECD, 2015). Hasil survey PISA 2012 menunjukkan siswa Indonesia masih tergolong lemah dalam menyelesaikan soal-soal pada konten Space and Shape (Ruang dan bentuk). Siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal konten Space and Shape sebagian besar hanya mampu mencapai level 3 dan sedikit sekali yang mampu mencapai level 4 dan 5 bahkan tidak ada siswa yang mampu mencapai level 6. Level 1 – 3 pada PISA tergolong level Low Order Thingking Skill (LOTS) meliputi mengingat, memahami, dan menerapkan, sedangkan level 4 - 6 tergolong level High Order Thingking Skill (HOTS) meliputi menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Setiawan, H.,Dafik., dan Lestari, S.D.N, 2014). Hal ini menunjukkan siswa Indonesia hanya mampu menjawab soal kategori rendah dan sedikit sekali bahkan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal yang menuntut pemikiran tingkat tinggi. Untuk mampu menjawab soal-soal dengan tipe HOTS, siswa harus mempunyai kemampuan penalaran yang baik. Salah satu cara untuk melatih kemampuan penalaran siswa adalah melalui pemberian soal-soal penalaran yang didesain khusus. Siswa yang terbiasa menyelesaikan soal-soal tersebut secara tidak langsung mengembangkan proses berpikir nalarnya. Namun siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik HOTS yang membutuhkan kemampuan penalaran yang baik seperti pada soal-soal PISA, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya hasil PISA siswa Indonesia. Masalah lain yang dihadapi guru adalah masih sedikit tersedianya soal-soal yang berkarakteristik model PISA. Untuk itu, diperlukan pengembangan soal-soal dengan karakteristik soal PISA terutama soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Soal-soal hasil pengembangan tentunya perlu dilakukan analisis. Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya suatu soal. Dalam pengukuran suatu tes terdapat banyak alat analisis yang dapat digunakan. salah satunya dengan menggunakan Teori Respon Butir (IRT). Teori Respon Butir (IRT) merupakan teori pengukuran yang muncul untuk memperbaiki keterbatasan Teori Tes Klasik (CTT). Pemodelan Rasch muncul dari analisis yang dilakukan oleh Dr. Georg Rasch, seorang ahli matematika dari Denmark. Pemodelan Rasch merupakan satu model IRT yang paling popular. Rasch Model merupakan alat analisis yang sangat berguna untuk menguji validitas, realibilitas instrumen, serta person dan item secara sekaligus. Rasch Model telah memenuhi lima prinsip model pengukuran yaitu: yang pertama mampu memberikan ukuran yang linier dengan interval yang sama; kedua, dapat mengatasi data yang hilang; ketiga, bisa memberikan estimasi yang lebih tepat; keempat, mampu mendeteksi ketidaktepatan model: dan kelima, memberikan instumen pengukuran yang independen dari parameter yang diteliti (Sumintono, B. & Widhiarso, W, 2014). Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana proses dan hasil pengembangan soal-soal matematika model PISA pada konten Space and Shape untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi berdasarkan analisis model rasch? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan soal dan memperoleh hasil pengembangan soal matematika model PISA konten Space and Shape untuk mengetahui level kemampuan berpikir tingkat tinggi serta hasil analisis siswa berdasarkan model Rasch. Prosedur pengembangan soal dilaksanakan dalam dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews, one-to-one (low resistance to revision) dan small group serta field test (high resistance in revision). Pengembangan soal ini menghasilkan tiga paket soal. Setiap paket terdiri dari 9 soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta). Konten yang dikembangkan dalam pengembangan soal model PISA ini adalah Ruang dan Bentuk (Space and Shape). Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data yang dianalisis yaitu lembar validasi dan lembar jawaban siswa dari uji coba one to one, small group, dan field test. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis validitas oleh validator, dan analisis lembar jawaban siswa dengan menggunakan analisis model Rasch. Subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 2 Jember. Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh perangkat soal matematika model PISA sebanyak 27 butir yang terbagi dalam 3 paket soal dengan valid. Valid tergambar dari hasil penilaian validator, hasil keterbacaan siswa uji coba small group dan field test, serta berdasarkan analisis model Rasch. Hal ini mengindikasikan bahwa perangkat soal mampu mengidentifikasi level kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal dalam uji coba field test diperoleh pada paket soal 1 terdapat empat butir soal kategori mudah, satu butir soal kategori sedang, dan empat butir soal kategori sulit. Pada paket soal 2 terdapat tiga butir soal kategori mudah , dan enam butir soal kategori sulit. Pada paket soal 3 lima soal kategori mudah, dua butir soal kategori sedang, dan dua butir soal kategori sulit. Berdasarkan analisis kemampuan siswa pada penyelesaian paket soal 1 uji coba field test sebanyak 30% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level tinggi, 60% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level menengah, dan hanya 10% siswa yang termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level rendah. Pada paket soal 2 sebanyak 55% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level tinggi, 35% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level menengah, dan hanya 10% siswa yang termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level rendah. Pada paket soal terdapat hanya 7.5% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level tinggi, 17.5% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level menengah, dan 75% siswa termasuk kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi level rendah. Berdasarkan hasil angket yang meminta siswa memberikan tanggapan tehadap soal model PISA konten space and shape secara umum siswa menunjukkan respon yang positif. Sebagian besar siswa menunjukkan ketertarikan terhadap soal-soal yang diberikan. Mereka merasa tertantang dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSOAL MATEMATIKA MODEL PISA KONTEN SPACE AND SHAPEen_US
dc.subjectANALISIS MODEL RASCHen_US
dc.titlePENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA KONTEN SPACE AND SHAPE UNTUK MENGETAHUI LEVEL KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI BERDASARKAN ANALISIS MODEL RASCHen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record