dc.description.abstract | Sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan dituntut untuk berperan
dalam perekonomian nasional antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB),
penciptaan devisa, penyediaan pangan. Komoditas kakao banyak menyerap tenaga
kerja sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi petani, memberikan kontribusi
devisa yang positif, dan mendorong tumbuhnya agribisnis serta agroindustri di
daerah. Kualitas kakao yang diekspor umumnya belum bagus, karena sekitar 90%
kakao Indonesia yang di ekspor tidak difermentasi
Penelitian berjudul Peningkatan Nilai Tambah Agribisnis Kakao melalui Penguatan
Kelembagaan dan Pengolahan Sektor Hulu dirancang untuk mendorong petani
melakukan kegiatan fermentasi kakao serta mengolah produk ikutannya yaitu kulit
buahnya. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah ditemukannya strategi
peningkatan nilai tambah agroindustri kakao melalui pemantapan kelembagaan dan
usaha fermentasi kakao. Tujuan ini dicapai melalui tiga tahapan (tahun) diantaranya :
(1) merumuskan model penguatan kelembagaan dan strategi pengembangan kakao
fermented, (2) Difusi teknologi pengolahan pangan berbasis kakao, dan (3)
Penciptaan jejaring yang mampu meningkatkan nilai tambah agribisnis kakao. Unit
penelitian adalah rumah tangga petani yang mengusahakan kakao.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode
diskriptif, action dan komparatif. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Blitar Propinsi
Jawa Timur dan Kabupaten Jembrana di Propinsi Bali. Dasar pertimbangan
pemilihan lokasi adalah bahwa dua daerah tersebut potensial penghasil kakao rakyat
di Indonesia khususnya Jawa dan Bali. Metode penarikan contoh menggunakan
Simple Random Sampling dengan jumlah sampel di masing-masing daerah sebanyak
45 petani. Metode analisis data diantaranya analisis Medan kekuatan atau Force Field
Analysis (FFA), analisis Analisis Fishbone atau Tulang Ikan, untuk menganalisis
akar masalah kurang keengganan petani melakukan fermentasi kakao. Pengumpulan
data selain dilakukan melalui pengumpulan data primer juga dilakukan Focus
Discussion Group (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani kakao di Kabupaten Blitar
menjual hasil biji kakao ke Koperasi yang dikelola Gabungan Kelompok Tani harga
lebih tinggi disbanding tengkulak. Petani di Kabupaten Jembrana menjual hasil biji
kakao ke Subak Abian dan Koperasi Kerta Samania. Penelitian ini diharapkan
dapat mendorong petani melakukan fermentasi kakao dan memanfaatkan produk
ikutan kakao agar dapat meingkatkan pendapoatan keluarga petani. Manfaat lebih
luas agar kakao ekspor Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik, sehingga tidak
ada lagi potongan harga (automatic detention) di pasar dunia. | en_US |