dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan lembab sehingga
prevalensi infeksi jamur masih cukup tinggi, salah satunya adalah infeksi dermatofita
yang disebut dermatofitosis (kurap). Dermatofitosis merupakan penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku. Spesies terbanyak penyebab dermatofitosis adalah Trichophyton.
Pengobatan dermatofitosis yang merupakan drug of choice hingga saat ini adalah
griseofulvin, tetapi telah banyak terjadi resistensi. Ketokonazol dapat digunakan pada
kasus resistensi griseofulvin, namun sering menimbulkan toksisitas hati. Banyaknya
resistensi dan toksisitas yang disebabkan oleh antifungi sintetik membuat banyak
orang mulai menggemari obat-obat tradisional dari tumbuhan herbal, salah satunya
adalah minyak atsiri sereh dapur (Cymbopogon citratus). Senyawa-senyawa turunan
terpenoid dan fenil propana yang terkandung dalam minyak atsiri sereh dapur
memiliki potensi sebagai antijamur dengan menghambat sintesis ergosterol,
meningkatkan permeabilitas membran, merusak struktur protein membran, dan
mengganggu rantai repirasi sel jamur. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efek
antifungi dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) minyak atsiri sereh dapur (C.
citratus) terhadap pertumbuhan Trichophyton sp. secara in vitro. | en_US |