Peran Ketrampilan Basic Life Support Untuk Menumbuhkan Empati Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Berorganisasi
Date
2016-02-15Author
Lestari, Sri; drg. M.Kes
Cholid, Zainul; drg. Sp BM
Barid, Izzata; drg. Mkes
Metadata
Show full item recordAbstract
Setiap orang mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap keselamatan diri dan
masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu setiap orang berhak mempunyai pemahaman
dan ketrampilan tentang dasar-dasar keselamatan mengatasi keadaan gawat Darurat agar dapat mengurangi dampak dari suatu insiden dan kecelakaan.Ketrampilan dasar-dasar keselamatan nini dapat melalui pelatihan Basic Life Support (BLS) yang bertujuan untuk membantu membangun budaya keselamatan awal dan dapat mengimplementasikanya pada kehidupan sehari-hari.Generasi muda perlu ditanamkan sifat dasar cepat menolong sesama bila menjumpai suatu insiden. Sifat dan ketrampilan BLS ini harus diberikan kepada generasi muda pada masyarakat sekolah terutama tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejak dini sifat empati harus ditumbuhkan pada generasi muda. Kegiatan ini dapat diimplementasikan dalam kegiatan ektra kurikuler diantaranya Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, Pencinta Alam. Dengan alasan bahwa ekskul tersebut kegiatannya banyak dilakukan di lingkungan terbuka , sehingga sangat memungkinkan dijumpai insiden yang membutuhkan pertolongan P3K. Sehingga sasaran pelatihan ini adalah siswa sekolah Menengah Atas Negeri dan swasta di kabupaten jember yang diwakili SMAN 4 dan SMA Muhammadiyah 3 Jember
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah setelah menyelesaikan
pelatihan meningkat pemahaman dan ketrampilan tentang dasar-dasar keselamatan
mengatasi keadaan gawat Darurat dan dapat mengimplementasikanya pada kehidupan
sehari-hari, dapat mengenali dan deteksi dini henti nafas dan henti jantung, dan mampu
memberikan bantuan awal kepada korban kecelakaan dengan cepat, akurat dan aman
dengan Basic Life Support.
Metode yang digunakan adalah ceramah/ penyuluhan teori dan praktek tentang
deteksi henti nafas dan henti jantung, serta resusitasi jantung paru. Teori diberikan untuk
meningkatkan pengetahuan peserta akan upaya pencegahan dan penanganan kecelakaan dilingkungannya. Praktek diberikan untuk membekali ketrampilan pengelolaan keselamatan dasar dengan tindakan BLS yaitu Cardioplumonary Resuscitation (CPR) Pelatihan dilaksanakan dengan dukungan alat peraga manikin, demonstrasi dan simulasi.Pelatihan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan untuk masing-masing mitra berupa ceramah/penyuluhan pada pertemuan pertama tentang dasar-dasar BLS memberikan peningkatan pemahaman pengetahuan kepada peserta pelatihan. Pertemuan kedua berupa demonstrasi dan praktek kelompok dan mandiri tentang deteksi enti afas dan henti jantung, cara melakukan resusitasi jantung paru, telah memberikan ketrampilan kepada peserta pelatihan dengan prosedur yang benar dan bisa dilakukan apabila menemui kondisi gawat darurat di sekitarnya. Pertemuan ketiga berupa pendampingan, peserta pelatihan dapat mentransfer ilmu dan ketrampilan BLS kepada orang lain yang belum pernah mengetahui BLS dengan bimbingan pelatih. Selain itu dari IbM ini dihasilkan luaran berupa buku panduan Basic Life Support yang merupakan penuntun bagaimana melakukan prosedur pertolongan yang benar pada kegawatdaruratan. Luaran berikutnya adalah leaflet yang berupa lembaran kecil tahapan melakukan resusitas jantung paru, yang bisa dilipat dimasukkan ke dalam saku dan dimasukkan ndompet.