dc.description.abstract | Luka bakar merupakan suatu respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu atau termal. Menurut WHO, luka bakar masih menjadi beban global karena angka kejadian yang masih tinggi. Selain itu, angka kejadian tertinggi terletak di Asia Tenggara dengan wanita dan anak-anak sebagai kelompok yang paling beresiko mengalami luka bakar. Hal ini yang menyebabkan banyak penelitian tentang perawatan luka bakar.
Luka bakar dalam tata laksananya selain resusitasi akut juga memerlukan perawatan khusus pada lukanya. Hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka bakar serta mencegah seminimal mungkin terjadinya jaringan parut. Oleh karena itu, dressing luka bakar harus mampu bertindak sebagai antimikroba, antiinflamasi, serta mampu membuat suasana luka menjadi moist. Hal-hal tersebut dibutuhkan agar luka bakar cepat sembuh.
Selama ini sediaan yang sering digunakan untuk dressing topikal luka bakar adalah silversulfadiazin dan gentamisin. Akan tetapi, silversulfadiazin meskipun kecil masih memiliki resiko terjadi keracunan perak terutama bagi ibu hamil dan anak-anak. Gentamisin sendiri penggunaannya sudah cukup luas di rumah sakit sehingga dikhawatirkan terjadi resistensi. Oleh karena itu, peneliti mengajukan mentimun sebagai bahan alternatif untuk dressing luka bakar. Kandungan mentimun seperti flavonoid, saponin, tannin, dan lainnya diduga dapat mempercepat penyembuhan luka termasuk meningkatkan jumlah fibroblas. Telah ada penelitian juga yang membuktikan efektifitas mentimun untuk penyembuhan luka sayat pada tikus dan luka bakar asam pada kornea guinea pig. Jenis penelitian menggunakan true experimental dengan post test only control group. Pengambilan sampel dilakukan secara randomisasi dengan sampel penelitiannya tikus Wistar jantan usia 2-3 bulan, dengan berat 100-200 gram. Jumlah sampel 24 ekor tikus dengan 3 replikasi setiap kelompok perlakuan. Terdapat 8 kelompok dengan 4 perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan dibagi 2 kelompok yaitu diterminasi hari ke-3 dan ke-10. Rincian dari kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan pertama tikus diberi perawatan luka bakar dengan kasa yang dibasahi normal salin, kelompok perlakuan kedua tikus diberi perawatan dengan gel ekstrak mentimun, kelompok perlakuan ketiga tikus diberi perawatan dengan gel serbuk mentimun, dan kelompok perlakuan keempat tikus diberi perawatan luka dengan gentamicin topikal. Masing-masing tikus sebelumnya dibersihkan dulu lukanya dengan normal salin dan setelah dibari perlakuan ditutup dengan transparan film, direkatkan dengan hipafix, dan ditutup melingkar dengan plester.Pembuatan luka bakar dengan menempelkan logam aluminium yang bersuhu 700C selama 10 detik. Cara mendapatkan panas pada logam dengan memasukkan pada dry oven yand diatur pada suhu 70oC selama lima menit.
Pengambilan data dilakukan dengan penghitungan jumlah fibroblas dengan pengamatan sediaan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 400 kali pada enam lapang pandang. Analisis data yang digunakan one way ANOVA untuk perbandingan antar kelompok perlakuan dan uji Independent t-test untuk membandingkan antar hari pada setiap kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan bermakna jumlah fibroblas antar kelompok perlakuan pada tikus Wistar yang diberi luka bakar derajat IIB baik terminasi hari ketiga maupun hari kesepuluh. Pemberian gel ekstrak mentimun dan gel serbuk mentimun memiliki perbedaan jumlah fibroblas bermakna dengan kontrol negatif dan pemberian gentamisin pada hari ketiga dan kesepuluh. Pemberian gel ekstrak mentimun tidak memiliki perbedaan jumlah fibroblas bermakna dengan gel serbuk mentimun. Penurunan jumlah fibroblas dari hari ketiga ke hari kesepuluh memiliki perbedaan bermakna pada kelompok kontrol negatif dan gel serbuk mentimun, serta tidak memiliki perbedaan bermakna pada gentamisin dan gel ekstrak mentimun. | en_US |