dc.description.abstract | Chronic Kidney Disease (CKD) atau disebut juga penyakit ginjal kronik
adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. CKD stadium terminal menyebabkan pasien harus
menjalani terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis. Terapi hemodialisis dapat
menimbulkan beberapa efek samping seperti nyeri, pruritus, demam, kram, dan
disequilibrium syndrome. Selain itu, biaya menjadi kendala pada pasien yang
menjalani hemodialisis. Akibat dari CKD, pasien dapat mengalami perubahan
kualitas hidup dan dapat menimbulkan stres psikis berupa kecemasan.
Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup bersifat dua arah. Kecemasan
sering disebabkan oleh penurunan kualitas hidup yang dialami pasien CKD dengan
terapi hemodialisis, demikian pula pasien CKD dengan terapi hemodialisis yang
mengalami kecemasan pada umumnya kualitas hidupnya akan menurun. Dengan
demikian peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan, kualitas
hidup, dan hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien CKD
yang menjalani terapi hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember. Diharapkan dapat
dikembangkan suatu perawatan yang komprehensif, baik terhadap penyakit fisik
maupun gangguan psikologisnya.
Penelitian ini menggunakan objek manusia, sehingga dalam pelaksanaannya
akan dilakukan uji kelayakan oleh komisi etik kedokteran. Setelah melakukan uji
kelayakan, peneliti dan interviewer mengikuti pelatihan teknik wawancara
menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) untuk mengukur
tingkat kecemasan dan kuesioner World Health Organization Quality of Life-BREF
(WHOQOL-BREF) untuk mengukur kualitas hidup. Pelatihan dibimbing oleh dokter
spesialis kedokteran jiwa. Sebelum wawancara berlangsung, peneliti memberikan
informed consent kepada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis yang
memenuhi kriteria penelitian. Kemudian, interviewer melakukan wawancara kepada
responden dengan bantuan alat perekam untuk memudahkan penilaian. Penelitian
berlangsung dalam pengawasan dokter spesialis kedokteran jiwa dan dilaksanakan di
Poli Hemodialisa RSD dr.Soebandi Jember.
Responden dari penelitian ini sebanyak tiga puluh pasien CKD berusia lebih
dari dua puluh tahun yang menjalani terapi hemodialisis antara satu sampai dengan
24 bulan, tidak memiliki riwayat penyakit kejiwaan, tidak mengalami penurunan
kesadaran, bersedia menandatangani informed consent dan diwawancarai. Jika
responden memiliki ketidakmampuan berbicara atau kognitif, tidak menyelesaikan
wawancara, dan setelah dilakukan penilaian memiliki nilai HARS kurang dari empat
belas maka akan dikeluarkan dari sampel penelitian.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Tiga
sampel harus di ekslusi sehingga total sampel yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak tiga puluh responden. Analisis data diawali dengan melakukan uji
normalitas. Karena data tidak terdistribusi normal dan jenis data variabel yang diuji
adalah data ordinal maka digunakan uji korelasi Spearman.
Hasil analisis data didapatkan derajat kemaknaan (P) <0,05 yang berarti Ho
ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan uji korelasi Spearman, didapat nilai P 0,003
dengan nilai koefisien korelasi (r) -0,517. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien
CKD yang menjalani terapi hemodialisis di RSD dr.Soebandi Jember dengan
kekuatan korelasi yang sedang. Arah korelasi yang didapat adalah korelasi negatif
artinya semakin tinggi tingkat depresi pasien CKD yang menjalani hemodialisis
maka semakin buruk kualitas hidupnya | en_US |