PENGEMBANGAN SENYAWA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL DAN NUTRASEUTIKAL YANG MEMILIKI KEMAMPUAN ANTIOKSIDATIF, HIPOKOLESTEROLEMIK, DAN HIPOGLIKEMIK
Abstract
Indonesia mempunyai beraneka ragam kekayaan sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber senyawa antosianin, salah satunya adalah buah duwet. Buah duwet mengandung antosianin terutama pada bagian kulit. Untuk memperluas pemanfaatan antosianin buah duwet maka dilakukan pengembangan antosianin buah duwet sebagai pangan fungsional dan nutraseutikal yang memiliki kemampuan antioksidatif, hipokolesterolemik, dan hipoglikemik. Pemanfaatan antosianin buah duwet lebih ditujukan pada efek menyehatkan dari senyawa antosianin dengan dibuat produk pangan fungsional dan nutraseutikal. Pada pelaksanaan penelitian Tahun 2 memiliki tujuan a) menguji kemampuan antioksidatif antosianin buah duwet secara in vitro dan kontribusi antosianin sebagai antioksidan, b) menguji kemampuan hipoglikemik dari antosianin buah duwet secara in vivo menggunakan hewan coba tikus putih.
Pada Tahun ke 2 dilakukan pengujian aktivitas antioksidan antosianin buah dewet secara in vitro. Pengujian aktivitas antioksidan meliputi aktivitas scavenging radikal DPPH, hiroksil radikal (OH•), dan anion superoksida (O2•). Sampel dari buah duwet yang diujikan meliputi ekstrak pulp duwet (EPD), ekstrak kulit duwet (EKD), dan isolat antosianin duwet (IAD). Ekstrak pulp duwet mengandung polifenol paling rendah, sedangkan isolat antosianin duwet mengandung polifenol yang paling tinggi sebesar 379,69 mg GAE/g. Kandungan polifenol berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Pengujian aktifitas antioksidan dinyatakan sebagai nilai IC50. Isolat antosianin yang mengandung 5 jenis antosianin duwet, menunjukkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan EPD dan EKD. Bentuk isolat antosianin dapat meningkatkan aktivitas scavenging radikal yang terlihat pada penurunan nilai IC50.
Pada penelitian tahun 2 juga dilakukan evaluasi pemberian ekstrak antosianin terhadap profil glukosa dan lipid darah pada tikus hiperglikemia. Tikus dibuat kondisi diabetes atau hiperglikemia dengan induksi streptozotocin. Kelompok tikus kontrol negatif (tikus normal) memperlihatkan kenaikan bobot badan selama percobaan 30 hari. Pada hari ke-30, kelompok tikus kontrol negatif mengalami kenaikan bobot badan 20,87%. Pada kelompok tikus positif diabetes (DM) mengalami penurunan bobot badan sampai akhir percobaan. Selama percobaan kelompok ini mengalami penurunan bobot badan sebesar 12,07%. Pada tikus kelompok diabetes yang diberi ekstrak antosianin (DM+EA) dan obat diabetes metformin (DM+Met) pada akhir percobaan menunjukkan kenaikan berat badan masing-masing sebesar 5,30% dan 9,11%. Pada pengujian kadar glukosa menunjukkan kadar glukosa darah kelompok tikus DM+EA dan DM+Met lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus DM. Pada kelompok tikus kontrol (-) atau tikus normal memliliki kadar glukosa darah lebih rendah pada kisaran 90-110 mg/dl. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak antosianin mampu menurunkan kadar glukosa darah. Pemberian ekstrak antosianin buah duwet pada tikus diabetes juga mampu menurunkan kadar trigliserida, kolesterol, dan LDL, serta meningkatkan kadar HDL.
Buah duwet yang mengandung senyawa antosianin menunjukkan aktivitas antioksidan yaitu mempunyai kemampuan scavenging terhadap radikal DPPH, hidroksil dan anion superoksida. Pemberian ekstrak antosianin buah duwet pada tikus diabetes atau kondisi hiperglikemia dapat meningkatkan berat badan, menurunkan kadar gula darah, serta menurunkan kadar trigliserida, kolesterol, dan LDL, serta meningkatkan kadar HDL.
Collections
- LRR-Hibah Kompetensi [28]