Show simple item record

dc.contributor.advisorEvita Soliha Hani
dc.contributor.advisorJoni Murthi Mulyo A
dc.contributor.authorBogiek S. Indraguna
dc.contributor.authorEvita Soliha Hani
dc.contributor.authorJoni Murthi Mulyo A
dc.date.accessioned2015-12-29T01:50:01Z
dc.date.available2015-12-29T01:50:01Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/69047
dc.description.abstractMasyarakat sekitar Taman Nasional Meru Betiri melakukan penjarahan hutan di kawasan yang merupakan “hutan lindung”. Masyarakat mengusai lahan untuk bercocok tanam (berusahatani). Taman Nasional Meru Betiri selaku pemegang hak kelola lahan membuat kebijakan untuk mengatasinya, salah satunya dengan pembentukan kemitraan dengan masyarakat. Tujuan utama dari penelitian ini adalah : Pertama, mengidentifikasikan model kemitraan dan wujud pola sharing-nya. Kedua, Mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani hutan dari aktivitas usahatani tersebut. Ketiga, merumuskan alternatif kebijakan yang dapat dipandang efekti untuk mengembangkan aktivitas kemitraan pengelolaan di Desa Wonoasri SPTN II Taman Nasional Meru Betiri. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri di Desa Wonoasri Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II. Metode pengambilan contoh (sampel) yang digunakan adalah pengambilan contoh bertahap (multistage sampling). Permasalahan pertama menggunakan analisis ‘deskriftif’, permasalahan kedua menggunakan analisis ‘kontribusi pendapatan petani’ dan permasalahan ketiga menggunakan analisis ‘SWOT’. Hasil penelitian menunjukkan (1) Aktivitas kemitraan penyelenggaran pengelolaan hutan kemasyarakatan (social forestry) di Desa Wonoasri SPTN II Taman Nasional Meru Betiri, berpola ‘kerjasama sinergis’, memiliki tipe ‘sinergis saling menguntungkan’, dan berkembang sebagai ‘kemitraan tahap madya’. (2) kontribusi pendapatan dari usahatani di lahan social forestry terhadap pendapatan keluarga, relatif besar. 47,21% bersadarkan perhitungan secara finansial , dan 41,85% berdasarkan perhitungan secara ekonomik. (3) Strategi terpilih guna dapat merumuskan alternatif kebijakan yang dapat dipandang efektif di Taman Nasional Meru Betiri, termasuk keberlanjutannya di Desa Wonoasri, adalah ‘strategi WT’ (weaknes-threat). Strategi WT dapat dijabarkan sebagai berikut (1) Meningkatkan petani hutan dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kawasan taman nasional (masyarakat desa hutan) peserta rehabilitasi terhadap kesadaran, ‘kesepahaman kemitraan’ dan ‘eksistensi taman nasional’. (2) Berupaya menambah jumlah penyuluh ahli dari pihak Taman Nasional sebagai pembina dan pemberdaya petani peserta kemitraan. (3) Berupaya mendapatkan dukungan dana yang optimal untuk membiayai aktivitas pembinaan kepada petani hutan peserta rehabilitasi. (4)Secara berkelanjutan (sustainable) mengajak Pemerintah Daerah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM), tokoh-tokoh masyarakat , dan stakeholder untuk dapat bersama-sama bekerjasama membuat kebijakan terhadap pembinaan kemitraan dan pemberdayaan petani hutan peserta rehabilitasi,. (5)Aktif melakukan kampanye kepada lembaga-lembaga, dan organisasi-organisasi pembela kelestarian lingkungan hidup, baik dari dalam maupun luar negeri, guna ikut serta berperan aktif dalam program- program rehabilitasi lahan, dan selalu mendukung segala kegiatan kemitraan di kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUNEJen_US
dc.subjectPola Kemitraanen_US
dc.subjectKontribusi pendapatanen_US
dc.subjectstrategi pengembanganen_US
dc.titleKEMITRAAN DALAM PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN HUTANen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record