dc.description.abstract | Kapas (Gossypium hersutum) merupakan salah satu komoditi perkebunan penghasil serat alam untuk bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Namun perkembangan industri TPT tersebut belum didukung oleh kemampuan penyediaan bahan baku berupa serat kapas dalam negeri, sehingga sekitar
99,5% kebutuhan bahan baku tersebut masih dipenuhi dari impor. Menyadari hal tersebut Pengembangan kapas secara intensif dilakukan melalui program
Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR) yang dimulai tahun 1978/1979 dengan luas areal sekitar 22.000 ha. Daerah pengembangan kapas meliputi daerah dengan
iklim kering, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Situbondo adalah salah satu
kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki potensi akan usahatani kapas. Usahatani kapas dikembangkan oleh petani di kabupaten Situbondo diatas
tersebut karena memiliki prospek yang cerah, lahan yang cocok untuk ditanami tanaman kapas serta wilayah yang cukup dekat dengan PT. Nusafarm. Akan
tetapi hal ini masih kurang intensif, dikarenakan petani masih belum memperhatikan perincian biaya yang dikeluarkan mulai dari penggunaan biaya pupuk,
biaya obat-obatan, hingga biaya tenaga kerja, sehingga petani memperoleh keuntungan yang rendah.. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan analitik. Alat analisis yang digunakan adalah analisis R/C Ratio, analisis Break Event Point, dan analisis SWOT. Hasil analisis
menunjukkan bahwa: (1) rata-rata efisiensi biaya usahatani kapas sebesar 1,67, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani kapas di kabupaten Situbondo efisien,
(2) posisi (Break Even Point) usahatani kapas di Kabupaten Situbondo berada di atas titik impas dengan nilai (BEPQ) sebesar 13,08 Kg dan (BEP(Rp))
menunjukkan angka sebesar Rp 64.328,12, secara keseluruhan rata-rata produksi dari usahatani kapas di Kabupaten Situbondo adalah sebesar 638,98 Kg dan
mampu menghasilkan total penerimaan sebesar Rp 3.067.100,00, (3) strategi pengembangan usahatani kapas di Kabupaten Situbondo berada pada posisi
Grey Area (Bidang Kuat-Terancam) yang artinya usahatani tersebut cukup kuat dan memiliki kompetensi untuk mengerjakannya, namun peluang pasar
sangat mengancam. Strategi pengembangan komoditas kapas di Kabupaten Situbondo yaitu mengikuti perkembangan teknologi yang terkait dengan budidaya
dan perawatan tanaman kapas guna meningkatkan hasil produksi. | en_US |